"Misalnya naik jadi Rp 10 ribu per liter saja, itu sudah ada minus nanti. Sekarang saja kebutuhan BBM Pertalite itu sampai Rp 70 ribu sekali melaut," kata Jamal kepada detikBali, Kamis (1/9/2022).
Jamal pun berhitung dan berandai-andai jika BBM naik di angka Rp 10 ribu. Maka, ongkos bahan bakar sampan untuk sekali melaut akan meningkat Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Pasalnya, bahan bakar yang dibutuhkan untuk dapat mencari ikan ke tengah mencapai 10 liter sekali jalan.
"Misalnya saja dapat tangkap ikan Rp 150 ribu sehari. Mana harga rokok, nasi, anak sekolah, mana lagi harga BBM. Pasti minus kan," kata Jamal.
Krek (39), nelayan lainnya asal desa yang sama juga berkata demikian. Ia mengaku akan mogok mencari ikan jika harga BBM benar-benar naik.
"Sekalian jangan cari ikan kan. Cukup cari hidup yang lain nanti. Itu juga kalau dapat pekerjaan," pungkas Krek rekan Jamal.
Terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah, NTB, M Kamrin mengatakan pihaknya belum bisa memastikan program pengaman sosial kepada 6.000 nelayan jika ada kenaikan harga BBM.
"Sampai saat ini belum ada pengaruh ya. Kita lihat perkembangan. Belum ada informasi yang signifikan. Untuk program juga akan kita upayakan ke depan," kata Kamrin kepada detikBali, Kamis (1/9/2022).
Menurut Kamrin, isu kenaikan BBM di tengah kalangan para nelayan di Lombok Tengah sudah santer terdengar. Namun, hingga hari ini isu kenaikan BBM belum diketok pemerintah pusat.
"Awalnya saya dengar tadi malam akan naik hari ini. Tapi belum terjadi," kata Kamrin.
Meski begitu, Kamrin mengaku Pemda Lombok Tengah sudah menyiapkan beberapa program dan itu sudah berjalan di kalangan nelayan. "Kita hampir seluruh aspek di Lombok Tengah itu semua akan kita perhatikan. Ada perlindungan ekonomi sekaligus. Untuk program BBM ini mungkin belum," kata Kamrin.
(iws/iws)