Filosofi Kembang Goyang dalam Upacara Adat di Nagekeo

Filosofi Kembang Goyang dalam Upacara Adat di Nagekeo

Vincencia Januaria Molo - detikBali
Sabtu, 25 Jan 2025 12:30 WIB
Kue kembang goyangΒ orΒ kuih loyang. ItΒ is anΒ Indonesian cuisineΒ andΒ Malaysian cuisineΒ flower shaped traditional snack or kuih, associated withΒ Betawi cuisine andΒ Malay cuisine.
Ilustrasi kembang goyang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ratih Bagusdiani
Nagekeo -

Kue kembang goyang adalah salah satu makanan khas dari Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kue kembang goyang memiliki tempat istimewa dalam setiap upacara adat.

Bentuknya yang menyerupai bunga dengan tekstur renyah dan rasa manis membuatnya tidak hanya lezat, tetapi juga penuh makna budaya. Makanan tradisional ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai upacara adat, mulai dari pernikahan hingga ritual keagamaan. Kembang goyang menjadi simbol persatuan, rasa syukur, dan kekayaan tradisi masyarakat Nagekeo.


Dalam budaya Nagekeo, kembang goyang tidak hanya dianggap sebagai kudapan, tetapi juga memiliki makna filosofis. Bentuknya yang menyerupai bunga melambangkan keharmonisan dan keindahan dalam kehidupan bermasyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kue ini sering disajikan dalam ritual adat sebagai wujud rasa syukur kepada leluhur dan Tuhan atas berkah yang diberikan. Kehadirannya di tengah acara adat mencerminkan doa agar kehidupan masyarakat tetap damai dan sejahtera.

Pembuatan kembang goyang juga mencerminkan nilai-nilai gotong royong yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Nagekeo. Kue ini dibuat dengan adonan tepung beras, gula dan lalu digoreng menggunakan cetakan khusus berbentuk bunga.

Proses menggoyang cetakan di atas minyak panas untuk membentuk kue menjadi keunikan tersendiri yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Setiap langkah dalam pembuatan kue ini sering dilakukan bersama-sama, terutama saat ada acara besar, menciptakan momen kebersamaan yang erat.

Kembang goyang selalu hadir dalam berbagai upacara adat di Nagekeo, seperti upacara pernikahan, reba (ritual tahun baru adat), hingga acara syukuran. Kue ini biasanya disajikan bersama makanan tradisional lainnya sebagai bagian dari persembahan untuk leluhur atau sebagai suguhan untuk tamu. Kehadirannya tidak hanya sekedar pelengkap, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terhadap tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Di tengah perkembangan zaman, kembang goyang tetap bertahan sebagai ikon kuliner tradisional Kabupaten Nagekeo. Banyak masyarakat yang terus melestarikan tradisi ini dengan membuat kue kembang goyang dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk acara adat.

ADVERTISEMENT


Kue kembang goyang bukan sekadar makanan ringan namun menjadi wujud penghormatan terhadap leluhur, simbol persatuan, dan manifestasi rasa syukur masyarakat Nagekeo. Keberadaannya dalam setiap upacara adat menunjukkan betapa eratnya hubungan antara tradisi kuliner dengan kehidupan spiritual dan sosial masyarakat. Semoga tradisi ini terus dilestarikan, menjadikan kue kembang goyang sebagai pengingat akan kekayaan budaya Nagekeo yang tak lekang oleh waktu.

Artikel ini ditulis oleh Vincencia Januaria Molo peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads