Diusulkan Jadi Warisan Dunia Sejak 2017, Salak Sibetan Dinilai Tim FAO

Diusulkan Jadi Warisan Dunia Sejak 2017, Salak Sibetan Dinilai Tim FAO

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Minggu, 04 Feb 2024 09:26 WIB
Penilaian terhadap salak Sibetan yang diusulkan jadi warisan dunia di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem Sabtu (3/2/2024). (dok. Distan PP Karangasem)
Foto: Penilaian terhadap salak Sibetan yang diusulkan jadi warisan dunia di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem Sabtu (3/2/2024). (dok. Distan PP Karangasem)
Karangasem - Salak Sibetan di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, diusulkan menjadi salah satu warisan dunia Food and Agriculture Organization (FAO) sejak 2017. Salak Sibetan kini mulai dinilai oleh tim ahli Scientific Advisory Group-Globally Important Agriculture Heritage System (SAG-GIAHS).

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (Distan PP) Kabupaten Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, mengatakan penilaian tersebut dilakukan mulai 1-4 Februari 2024. Penilaiannya meliputi banyak hal mulai dari meninjau pasar, proses pembibitan, kondisi kebun salak, dan yang lainnya.

"Ini merupakan penantian yang sangat panjang untuk menjadikan sistem pertanian salak Sibetan menjadi salah satu warisan dunia FAO," kata Siki Ngurah, saat dikonfirmasi Sabtu (3/2/2024).

Diusulkannya salak Sibetan menjadi salah satu warisan dunia FAO karena memiliki lima unsur kriteria. Di antaranya ketahanan pangan, agrobiodiversitas, pengetahuan lokal tradisional petani setempat, nilai budaya dan organisasi sosial, serta alam yang menarik.

Namun, untuk menjadikan salak Sibetan sebagai salah satu warisan dunia ada banyak hambatan yang dihadapi oleh pemerintah daerah. Salah satunya karena terhalang pandemi COVID-19 sehingga proses penilaiannya diundur. Padahal usulan tersebut sudah disampaikan sejak 2017.

Dengan adanya penilaian yang dilakukan oleh tim ahli SAG-GIAHS FAO yang datang langsung dari Roma, Italia, diharapkan salak Sibetan bisa ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia. Jika sudah ditetapkan tentu akan ada banyak manfaat yang akan didapat oleh Kabupaten Karangasem. Mulai dari kunjungan wisatawan, kemajuan sistem pertanian, hingga tata kelola wilayah.

"Selain itu juga ada beberapa tantangan yang harus kami hadapi ke depannya. Salah satunya berkaitan dengan alih fungsi lahan. Tapi, saya sudah menggandeng desa adat agar masyarakat tetap mempertahankan kebun salak mereka," tegas Siki Ngurah.

Salah satu petani salak Sibetan, I Nyoman Mastra, mengapresiasi salak Sibetan diusulkan sebagai salah satu warisan dunia FAO. Sebab salak Sibetan akan lebih dikenal lagi di dunia dan berdampaknya pada pariwisata.

Ia berharap nantinya harus ada aturan yang jelas terkait wilayah mana saja yang akan dijadikan sebagai tempat wisata dan kawasan pertanian.

"Saya sangat mendukung jika salak Sibetan masuk sebagai salah satu warisan dunia FAO. Karena ini merupakan harapan kami semua sebagai petani salak. Karena tentu akan ada banyak manfaat yang akan kami dapat nantinya," kata Mastra.


(nor/nor)

Hide Ads