Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agricultural Organization (FAO) menetapkan sistem budi daya salak di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Secara Global atau Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS). Penetapan sistem budi daya salak Sibetan dalam GIAHS menjadi yang pertama di Indonesia.
"Penetapan ini merupakan yang ke-89 di dunia dan pertama bagi Indonesia dari total 28 negara saat ini," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (Distan PP) Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, Rabu (2/10/2024).
Siki Ngurah sangat bersyukur sekaligus mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak yang terlibat atas perjuangan dan pendampingannya sehingga bisa meraih penetapan GIAHS. Menurutnya, hal tersebut tentu menjadi kebanggaan bagi Karangasem dan Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sebagai bentuk komitmen kami dalam rangka menjaga ketahanan pangan, pemberdayaan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Karangasem, terutama bagi seluruh petani salak," ujar Siki Ngurah.
Sistem pertanian salak Sibetan ditetapkan sebagai warisan penting pertanian global tidak lepas dari sejarah di dalamnya. Sistem pertanian salak Sibetan merupakan warisan turun temurun sejak abad ke-14. Karena itulah sistem pertanian salak Sibetan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Salak merupakan sumber pangan dan kehidupan bagi petani serta masyarakat di Karangasem.
Sistem pertanian salak Sibetan juga sebagai tempat pelestarian sumber daya genetik yang sangat kompleks. Sebab, sistem pertanian di sana memiliki 14 jenis salak. Masyarakat dalam bertani juga memiliki pengetahuan tradisional dalam budi daya salak yang baik. Mereka mempunyai cara bercocok tanam dengan lima strata salak yang telah menjadi kearifan lokal.
Selain itu, mereka memiliki kehidupan sosial budaya yang kental dengan tradisi dan mempunyai lanskap yang sangat menarik. Tak hanya itu, banyak orang juga belum mengetahui jika salak adalah pohon pintar yang tumbuhnya bisa diarahkan, pohon awet muda dengan sistem perundukan dan akan tumbuh terus.
Siki Ngurah menambahkan penetapan sistem pertanian salak Sibetan dalam GIAHS sangat penting. Penetapan tersebut menandakan sistem pertanian salak Sibetan mendapat pengakuan dunia, menjadi tempat pembelajaran, pelestarian, keberlanjutan, dan tentunya bisa memberikan dampak ekonomi serta kesejahteraan lebih kepada petani dan masyarakat.
(hsa/dpw)