Perajin Inovatif di Badung Bikin Cookies Tempe-Rambah Pasar Singapura

Badung

Perajin Inovatif di Badung Bikin Cookies Tempe-Rambah Pasar Singapura

Nuranda Indrajaya - detikBali
Senin, 05 Des 2022 04:20 WIB
Proses pembuatan cookies tempe di Jalan Raya Angantaka-Kutri, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Foto: Nuranda Indrajaya
Proses pembuatan cookies tempe di Jalan Raya Angantaka-Kutri, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Foto: Nuranda Indrajaya
Badung - Perajin tempe inovatif asal Badung, Benny Santoso (27), menciptakan menu baru cookies dari tempe dan telah merambah pasar internasional. Benny menceritakan menu cookies menggunakan tempe sebagai pengganti telur yang berfungsi sebagai perekat.

"Jadi tempe ini bisa merekatkan adonan (cookies) tersebut," katanya saat diwawancarai detikBali, Minggu (4/12/2022).

Selain cookies, masih ada beberapa menu lain hasil olahan tempe seperti keripik tempe, coklat tempe dan terdekat akan membuat tepung tempe. Benny menjelaskan, usaha olahan tempe rumahan miliknya yang terletak di Jalan Raya Angantaka-Kutri, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung menghabiskan satu ton kedelai untuk tiga bulan.

Pemuda kelahiran Solo itu juga mengatakan hasil olahan tempe miliknya sebagian besar dijual untuk kebutuhan pasar Bali. Namun begitu, ada produk miliknya yang diminati oleh warga asing alias telah ekspor ke Singapura.

"So far, kalau jual kita sendiri paling jauh ke Singapura, tapi rata-rata customer (asing) yang membawa untuk oleh-oleh," jelasnya.

Salah satu rahasia olahan tempenya diminati oleh konsumen luar negeri karena kemasan yang menarik. Untuk harga satu bungkus cookies tempe dibanderol Rp 40.700 per bungkusnya.

"Ada juga hotel terkenal yang meminta kita untuk menyediakan keripik tempe untuk menu makanan di mini bar milik mereka," imbuhnya.

Benny tak menampik usaha yang didirikannya sejak 2016 ini telah berkembang dan kini omzet yang didapatkan ratusan juta rupiah dalam sebulan. Meski begitu, ia masih ingin membesarkan pabrik tempe untuk mengakomodir kebutuhan ekspor.

"Ini kita lagi mencari lahan supaya bisa pindahin tempat produksinya karena kebanyakan untuk permintaan ekspor itu banyak. Ini kan masih home industry, kalau mau diekspor skala produksinya harus namanya HACCP, jadi harus ada hazard poin supaya produksinya aman," jelas Benny.

Untuk memenuhi permintaan pesanan yang berjubel, Benny menyebut telah bekerja sama dengan petani lokal untuk menyediakan bahan baku yakni kedelai. "Untuk kedelainya dari Bali mayoritas dan Jawa Tengah kalau stoknya habis," pungkasnya.


(nor/dpra)

Hide Ads