Objek wisata Tanah Lot tidak hanya identik dengan pesona pura atau tempat suci yang berdiri kokoh di atas karang dengan latar pemandangan lautan lepas yang merupakan bagian dari Samudera Hindia.
Tempat wisata yang ada di Desa Beraban, Kecamatan Kediri ini juga dikenal dengan jajanan tradisionalnya, yakni kue atau jaje Klepon.
Kue basah ini kenyal. Di dalamnya terdapat unti atau gula aren yang cair. Gula cair ini baru bisa dirasakan saat sebutir jaje Klepon digigit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum pandemi COVID-19 terjadi pada 2020, pedagang jaje Klepon akan mudah dijumpai di sepanjang jalan utama menuju Pura Luhur Tanah Lot.
Tapi kini, saat aktivitas wisata di Tanah Lot sedang berusaha menggeliat lagi, hanya beberapa pedagang saja yang bisa dijumpai. Salah satunya Ni Made Sulotri (66).
Di musim libur Lebaran 2022, perempuan dari Desa Kedungu, yang masih berdekatan dengan Tanah Lot ini pun mencoba peruntungannya.
Ia mulai membuka lapak lagi sejak Minggu (1/5/22). Sesekali ia memanggil-manggil pengunjung yang lagi melintas di depannya.
Seporsi kue klepon ia jual seharga Rp 5 ribu yang dibungkus dengan daun pisang.
Untuk meyakinkan calon pembelinya, ia memperkenankan untuk sekadar mencicipi kue basah bikinannya.
"Baru ini bukanya. Dari dulu saya jualannya. Karena (pandemi) COVID-19 saya berhenti jualan. Pindah ke Pantai Kedungu. Di sana saya biasanya jualan hari Minggu saja," kata Sulotri.
Di situasi yang masih sulit seperti sekarang, Sulotri tidak berani membuat Klepon dalam jumlah yang banyak.
"Bikin sedikit-sedikit dulu. Kadang (paling banyak) dua kilo. Libur Lebaran ini saya coba lagi," imbuhnya.
Sebelum pandemi COVID-19, Sulotri berjualan dari pukul 09.00 WITA sampai 18.00 Wita. Itupun dengan jumlah Klepon paling banyak dua kilogram.
"Kalau ramai, kalau habis setengah hari. Saya pulang lagi. Bikin lagi. Nanti sorenya lanjut jualan lagi," tutur Sulotri yang berdagang ditemani suaminya, I Wayan Chandra (68).
Menurutnya, untuk membuat Klepon perlu waktu satu setengah jam. Dari buat adonannya sampai Klepon itu jadi.
Bahannya dari tepung beras yang dikukus. Setelah itu dicampur dengan tepung kanji, sedikit kapur sirih, dan perasan air daun suji.
Setelah adonan siap, adonan itu diambil secukupnya dan dibuat menjadi bulatan. Seperti membuat bakso.
Setelah itu, bulatan kecil itu ditusuk untuk membuat cekungan tempat menuangkan gula aren atau gula kelapa yang sudah dicairkan.
Berikutnya cekungan itu ditutup lagi sambil dikerucutkan. Klepon yang belum siap itu kemudian direbus pada air panas yang mendidih.
"Kalau sudah mengambang, tandanya mengambang. Baru ditiriskan," sebutnya.
Sulotri mengaku belajar membuat Klepon dari mertua dan nenek mertuanya. Ia mulai berjualan di areal Tanah Lot sekitar tahun 80-an.
Waktu itu, bersamaan dengan kegiatan pemasangan tetrapod atau pemecah gelombang untuk melindungi Pura Luhur Tanah Lot dari abrasi.
"Waktu itu helikopter pasang-pasang beton. Belum bagus begini objeknya. Tidak ada jualan suvenir. Masih warung-warung kecil," kenang Chandra menimpali istrinya.
(kws/kws)