Kesaksian Dua Warga Bali Korban TPPO di Myanmar: Disiksa-Diancam Dibunuh

Kesaksian Dua Warga Bali Korban TPPO di Myanmar: Disiksa-Diancam Dibunuh

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Selasa, 25 Mar 2025 17:36 WIB
Kadek Agus AriawanΒ (tiga dari kiri), salah satuΒ korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar saatΒ ditemui di rumahnyaΒ diΒ Kelurahan Liligundi, Buleleng, Bali, Selasa (25/3/2025). (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Kadek Agus AriawanΒ (tiga dari kiri), salah satuΒ korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar saatΒ ditemui di rumahnyaΒ diΒ Kelurahan Liligundi, Buleleng, Bali, Selasa (25/3/2025). (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Dua warga Buleleng, Bali, menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar. Keduanya telah kembali ke Tanah Air dan kini telah berkumpul bersama keluarganya.

Kedua warga Buleleng korban TPPO tersebut yakni Nengah Sunaria dan Kadek Agus Ariawan. Mereka awalnya ditawari bekerja di sebuah restoran di Thailand, tetapi justru dikirim ke Myanmar dan diperkerjakan secara paksa tanpa digaji. Bahkan, mereka disiksa dan diancam akan dibunuh di negara itu.

Sunaria masih trauma dengan penyiksaan yang dialaminya selama berbulan-bulan di Myanmar. Ia bahkan ketakutan ketika mendengar suara petir dan teringat akan hukuman setrum yang dialami di Negeri Seribu Pagoda. Meski kini telah berkumpul dengan keluarga, Sunaria tak bisa tidur nyenyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidur sekarang agak jarang, paling tidur dua jam atau satu jam. Masih teringat peristiwa di sana," tutur Sunaria kepada detikBali, Selasa (25/3/2025).

Sunaria mengungkapkan dirinya bersama Kadek Agus awalnya ditawari bekerja sebagai operator judi online oleh seseorang berinisial KOI alias Katak. Ia pun menolak tawaran tersebut.

ADVERTISEMENT

Selang beberapa hari, Katak kembali datang dan menawarkan Sunaria dan Agus untuk bekerja di restoran di Thailand. Lantaran tergiur dengan gaji yang dijanjikan, Sunaria dan Agus pun menyanggupi tawaran tersebut.

Menurut Sunaria, dirinya dan Agus diminta membayar Rp 5 juta untuk pemberangkatan. Ia pun meminjam uang demi bisa membayar dan dikirim ke luar negeri. "Saya tergiur karena dia (Katak) pernah berangkat (ke luar negeri)," imbuhnya.

Singkat cerita, Sunaria bersama Agus akhirnya berangkat melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada 5 Agustus 2024. Mereka sempat menginap selama sehari di Jakarta sebelum akhirnya terbang ke Malaysia.

Tiba di Malaysia, mereka kembali terbang menuju Bangkok, Thailand. Dari Bangkok, mereka melakukan perjalanan darat menggunakan bus selama sekitar tujuh jam.

Sunaria mulai merasa aneh saat berada di dalam perjalanan. Sebab, daerah yang mereka lintasi seperti berada di pelosok dan sebagian besar merupakan wilayah hutan.

Ia bersama korban lainnya lalu menyebrang sungai menggunakan perahu kecil. Sunaria semakin curiga ketika melihat sejumlah orang dalam perjalanan itu membawa senjata api. "Lewat sungai naik sampan sudah ada tentara. Kalau kami kabur, ditembak," sambungnya.

Halaman selanjutnya: Disiksa dan Diancam Dibunuh...

Disiksa dan Diancam Dibunuh

Sesampainya di daratan, mereka dijemput oleh orang Myanmar. Sindikat TPPO ternyata membawa Sunaria bersama teman-temannya ke sebuah tempat di wilayah Hpa Lu, daerah terpencil di Myawaddy, Myanmar. Mereka lalu diperiksa dan alat komunikasi disita.

Mereka dipaksa untuk bekerja menjadi operator scam atau scammer. Mereka akan disiksa hingga diancam dibunuh dan organ tubuh akan dijual.

Sunaria bersama korban lainnya sempat menolak. Lantaran tertekan, mereka akhirnya terpaksa mengikuti alur yang ada. Untuk melakoni pekerjaan itu, mereka dipaksa menipu orang-orang dari berbagai negara seperti Irak, Pakistan, Kirgistan, dan lainnya secara online.

Mereka bertugas membuat calon korban jatuh cinta kepada model yang dipekerjakan. Setelah itu, perusahaan menguras uang korban, menipu mereka dengan tautan online yang diberikan.

Sementara itu, Kadek Agus menyebut penyiksaan yang diterima seperti jadwal minum obat. Mereka disiksa tiga kali sehari. Mulai dari dipukul dengan besi, kabel, hingga disetrum. Bahkan, sebelum disetrum, mereka juga disiram air terlebih dahulu.

"Bahkan saat tidur dipantau. Jam 10 malam wajib kami tidur diperiksa per ranjang," ujar Agus menimpali.

Pada 16 Februari 2025, Agus dan Sunaria nekat kabur. Mereka berhasil mencapai gerbang perusahaan sebelum akhirnya tertangkap petugas keamanan. Beruntung, saat itu ada tentara pemberontak yang melintas. Keduanya lalu dibawa ke posko penampungan.

Setelah berminggu-minggu di posko penampungan, mereka dijemput petugas Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon. Agus, Sunaria, bersama ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di sana akhirnya diberangkatkan menuju Thailand dan kemudian diterbangkan ke Jakarta.

Dilansir dari detikNews, sebanyak 554 WNI korban online scam di Myanmar telah dipulangkan ke Indonesia. Mereka dipulangkan lewat operasi senyap dengan jadwal kepulangan yang berbeda-beda.

Adapun, pada tahap pertama sebanyak 400 orang dipulangkan melalui dua penerbangan Selasa, (18/3/2025). Penerbangan pertama membawa 200 WNI.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Pengakuan WNI Pekerja Online Scam di Myanmar: Dihipnotis-Kerja 14 Jam"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads