Seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Buleleng, Bali, bernama Nurhayati (39) diduga menjadi korban pembunuhan di Malaysia. Menurut pemberitaan salah satu media di Malaysia, ibu delapan anak itu ditemukan tewas berlumur darah di kamar hotel dekat Taman Mawar, Puchong, Malaysia, pada 31 Desember 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Buleleng Made Juartawan mengungkapkan Nurhayati merupakan perempuan kelahiran Tulungagung, Jawa Timur. Dia menikah dengan pria asal Desa Gitgit, Buleleng. Setelah menikah, Nurhayati bekerja di Malaysia.
"Untuk sementara kami belum mendapatkan informasi tambahan terkait peristiwa ini," kata Juartawan, Selasa (7/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbekel Desa Gitgit, I Putu Arcana, mengatakan Nurhayati telah pindah domisili dari Desa Gitgit sejak Juli 2023. Meski begitu, status pernikahan Nurhayati dan suaminya di Gitgit masih diakui.
"Rencana keluarganya, pemakaman akan dilakukan di setra (kuburan) adat Gunung Luwih, Desa Gitgit," kata Arcana.
Jenazah Tiba di Rumah Duka
Jenazah Nurhayati tiba di rumah duka di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, Rabu (9/1/2025) sore. Pantauan detikBali, jenazah perempuan berusia 39 tahun itu tiba menggunakan ambulans pukul 17.30 Wita.
Suasana haru mewarnai kepulangan jenazah di rumah duka. Suami korban, Komang Suwinten, turut menjemput jenazah Nurhayati di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Rabu siang.
Suwinten baru mendapat kabar kematian sang istri dari anaknya. Informasi meninggalnya Nurhayati diketahui dari salah seorang rekan korban di Malaysia. Kepolisian di Malaysia kabarnya telah menangkap seorang pria berkebangsaan Bangladesh yang diduga sebagai pelaku pembunuhan.
"Peristiwanya saya tidak tahu pasti, tapi diceritakan sama temannya ngasih tahu ke anak saya bahwa ibu tidak ada karena dibunuh," ungkap Suwinten, Rabu.
1,5 Tahun Bekerja di Malaysia
Nurhayati ternyata baru bekerja selama 1,5 tahun di Malaysia. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Negeri Jiran itu.
Menurut Suwinten, istrinya itu sempat berkomunikasi dengannya pada tiga bulan awal setelah keberangkatannya ke Malaysia. Namun, setelah itu komunikasi antar keduanya terputus.
"Saya masih sempat hubungi dia setelah bekerja di sana. Habis itu lost contact dan tahu-tahu saya dapat informasi ini," tutur Suwinten.
Suwinten menuturkan Nurhayati bekerja di luar negeri karena ingin mengubah nasib keluarga. Terlebih mereka punya delapan anak ,tapi secara ekonomi mereka kurang mampu.
"Cita-citanya untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Biar anak-anak kami lebih bahagia," imbuhnya.
Jenazah Nuryahati akan dimakamkan di setra (kuburan) adat Gunung Luwih, Desa Gitgit, secara adat Bali. Upacara penghormatan terakhir untuk perempuan itu akan dilangsungkan setelah mendapat hari baik.
"Kami harus tanya kelian adat cari hari baik. Kalau saya sendiri karena keturunan saya nggak boleh kena api nggak bisa kremasi ngaben, ngabennya tetap dikubur," pungkas Suwinten.
(iws/hsa)