Tatapan mata Anastasia Ina Soge (27) di Desa Wureh, Kecamatan Adonara Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kosong. Perempuan berusia 27 tahun itu dan ibu lainnya terpaksa mengungsi karena penyerangan pada tadi malam, saat semuanya sedang tertidur.
Wajah mereka terlihat cemas dan takut. Dengan terburu-buru, mereka mengungsi sambil menggendong anak-anak kecil dan menggandeng tangan anak-anak yang masih sekolah, semua demi menyelamatkan diri dari semburan api yang terus melahap atap rumah mereka.
"Kami masih tidur ketika mendengar letusan api yang menyembur. Kami merasa takut, jadi kami berlari," ungkap Anastasia saat ditemui detikBali, Senin (21/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berjalan kaki sambil menggendong anak. Bahkan ibu hamil pun ikut lari," imbuhnya.
Saat ini, Anastasia masih cemas, terutama setelah mendengar kabar bahwa sebagian warga dari Desa Ile Pati mungkin akan turun lagi.
"Kami takut, tengah malam turun lagi. Sekarang, kami kehilangan segalanya. Tidak ada kartu ATM, semua pakaian kami habis terbakar," tambahnya dengan suara bergetar.
Apolonia Benga, menantu dari Simon Sanga Mado (70), yang juga menjadi korban, menceritakan bagaimana ayah mertuanya terjebak di rumah karena sakit. Apolonia dan anaknya terpaksa mengungsi ke Desa Kimakamak setelah mendengar rumor tentang penyerangan malam itu.
"Kondisinya sakit di rumah. Kami sudah berusaha membujuknya untuk pergi, tapi dia bilang itu hanya rencana," ungkap Apolonia.
"Saat kami kembali, rumah sudah terbakar dan saya hanya bisa menangis histeris. Ayah sudah tiga tahun menderita stroke," tambahnya.
Pantauan detikBali menunjukkan bahwa sisa-sisa kebakaran masih membara. Api menjilat atap-atap rumah, kayu-kayu jendela, dan pintu, sementara beberapa sepeda motor warga turut terbakar. Atap rumah berserakan di tanah.
Sebelumnya, sejumlah orang membakar puluhan rumah di Desa Bugalima, Senin dini hari. Peristiwa itu terjadi saat warga tengah tertidur lelap, sekitar pukul 04.30 Wita.
Selain satu korban tewas terbakar, tercatat enam warga lain mengalami luka-luka.
Kepala Desa Bugalima Rikardus Baka Tukan mengungkapkan aksi tersebut dipicu masalah sengketa lahan yang melibatkan dua desa, yakni Desa Bugalima dan Desa Ile Pati. Menurutnya, para korban luka sudah dibawa ke RSUD Larantuka, Flores Timur.
Rikardus mengisahkan sekitar pukul 04.30 Wita warga mendengar letusan bom rakitan yang dilempar oleh massa dari Desa Ile Pati. Ratusan warga langsung panik.
"Mereka tidak tahu harus menyelamatkan ibu dan anak-anak atau harus menghadapi warga yang datang membawa bom rakitan dan senapan angin," ungkap Rikardus.
Di tengah situasi kacau, dia melanjutkan, sejumlah warga terkena lemparan batu dan tembakan dari senapan angin.
"Peluru kena di belikat belakang, kena di bahu, dan dua orang kena lempar kepala bocor. Dua orang dari Desa Wureh dan empat orang dari Desa Bugalima," ujarnya kepada detikBali di lokasi kejadian.
Saat ini, warga desa yang jadi korban, terutama ibu dan anak-anak, sudah dievakuasi ke Desa Wureh yang merupakan desa tetangga.
(dpw/gsp)