Menanti Hasil Autopsi Jenazah Pasutri Tewas Berpelukan di Denpasar

Round Up

Menanti Hasil Autopsi Jenazah Pasutri Tewas Berpelukan di Denpasar

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 28 Sep 2024 07:31 WIB
Ilustrasi autopsi ulang jenazah Brigadir J
Foto: Ilustrasi autopsi. (Edi Wahyono/detikBali)
Denpasar -

Kepolisian Daerah (Polda) Bali sedang melakukan autopsi terhadap jenazah AANKAS alias GB (39) dan istrinya AASA (39), pasangan suami istri (pasutri) yang ditemukan tewas dalam kondisi berpelukan di kamar rumah mereka di Jalan Kebo Iwa Utara, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar, Bali, Senin (23/9/2024). Publik kini tengah menanti hasil autopsi jenazah kedua pasutri tersebut guna mengetahui penyebab kematiannya.

"Dua-duanya (GB dan istrinya) diautopsi, termasuk pemeriksaan lain yang dibutuhkan," jelas Kabid Humas Polda Bali Kombes Jansen Avitus Panjaitan kepada detikBali, Jumat (27/9/2024).

Jansen menegaskan autopsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian pasangan tersebut. Selain autopsi, polisi juga melakukan tes toksikologi guna menyelidiki lebih lanjut apakah ada faktor lain yang memengaruhi kematian mereka. Meski demikian, Jansen enggan memberikan detail terkait kejanggalan yang masih diselidiki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jansen, autopsi merupakan prosedur standar dalam penyelidikan kematian korban dalam berbagai peristiwa. Hasil autopsi dan pemeriksaan toksikologi akan dijadikan bahan utama untuk menentukan penyebab kematian GB dan istrinya.

"Dugaan awal memang bunuh diri, tetapi kami belum bisa menyimpulkannya. Kami sedang melakukan autopsi dan tes toksikologi terhadap jenazah GB dan istrinya. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, berdasarkan prinsip ilmiah," tegas Jansen.

ADVERTISEMENT

Selain itu, polisi juga terus melakukan penyelidikan lain, termasuk pemeriksaan saksi-saksi yang terkait dengan kejadian tersebut. Sejumlah saksi dari keluarga dan pihak-pihak lain sudah diperiksa untuk mendukung proses penyelidikan.

"Olah TKP (tempat kejadian perkara) juga sudah dilakukan, begitu pula penyelidikan di sekitar lokasi. Semua ini akan dihubungkan untuk melihat apakah ada keterkaitan. Saksi sudah diperiksa, termasuk keluarga dan orang-orang terkait lainnya," tambah Jansen.

Autopsi Tetap Dilakukan meski Ditolak Keluarga

Meskipun keluarga sempat menolak proses autopsi, Polda Bali tetap melanjutkan penyelidikan untuk memastikan penyebab kematian GB dan istrinya. Menurut Jansen, pihak kepolisian juga sedang mendalami latar belakang GB, yang disebut-sebut sebagai pentolan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Bali.

"Informasi mengenai sosok GB masih terus kami kumpulkan dan dalami oleh penyidik, termasuk kebenaran terkait statusnya sebagai pentolan ormas di Bali," ungkap Jansen saat dikonfirmasi, Kamis (26/9/2024).

Sosok Pasutri di Mata Tetangga

Penelusuran detikBali menemukan GB dan istrinya cukup dikenal di lingkungan sekitar. Salah satu tetangga mereka, Sumana, mengungkapkan GB jarang berinteraksi dengan warga sekitar, tetapi tetap dihormati oleh lingkungan. Warga sering meminta izin kepada GB saat akan mengadakan kegiatan.

"Kami tidak terlalu akrab, tetapi dia dan istrinya pernah berinteraksi dengan warga meskipun jarang," jelas Sumana, warga asal Singaraja.

Berbeda dengan suaminya, AASA lebih sering terlihat berinteraksi dengan warga setempat. Dia juga kerap menyapa warga lain saat berjalan-jalan di sekitar lingkungan perumahan.

Sempat Makan Malam Bareng Sebelum Tewas

Putra sulung GB, SP (19), mengungkapkan tidak ada pertengkaran antara kedua orang tuanya sebelum mereka ditemukan tewas. Bahkan, beberapa hari sebelumnya, mereka sempat mengadakan makan malam bersama keluarga.

"Saat malam Minggu, kami makan malam bersama dalam acara kecil-kecilan dengan keluarga. Tidak ada tanda-tanda aneh," kata SP.

SP juga menyebut ayahnya sempat bercanda dengan menyatakan ingin meninggal bersama dengan istrinya sebagai ungkapan cinta. Namun, tidak ada yang menyangka candaan itu menjadi kenyataan tragis.

Kronologi Penemuan Jenazah

Menurut SP, ayah dan ibunya masuk ke kamar dan mengunci pintu sekitar pukul 19.00 Wita pada hari Minggu. Keesokan paginya, SP mencoba membangunkan kedua orang tuanya, namun tidak mendapatkan respons. Hingga malam hari, SP mulai merasa ada yang tidak beres karena pintu kamar tetap terkunci dan lampu kamar tidak dinyalakan.

SP akhirnya meminta bantuan anggota keluarga lain untuk membuka paksa pintu kamar. Betapa terkejutnya SP ketika mendapati kedua orang tuanya sudah tidak bernyawa, tergeletak dalam posisi berpelukan di lantai kamar. Di dekat mereka, ditemukan sebuah pisau yang tergeletak di pojok kamar.

"Mereka ditemukan dalam posisi berpelukan," kata SP.

Meski sudah ikhlas atas kejadian ini, keluarga SP menolak autopsi lebih lanjut dan sedang menunggu hari baik untuk prosesi pengabenan kedua jenazah.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads