Kepala SMAN 10 Denpasar Made Agus Suarsika menyanggah adanya perundungan yang terjadi di sekolah itu. Menurut dia, ME dan NRK berkelahi dan pertengkaran bisa terjadi di mana saja.
"Anak-anak berantem bisa di mana saja, kebetulan saja di sekolah," kilahnya, di SMAN 10 Denpasar, Rabu (4/10/2023).
Suarsika sudah memanggil kedua orang tua ME dan NRK setelah peristiwa tersebut terjadi. Namun, mereka tidak datang.
SMAN 10 Denpasar, Suarsika melanjutkan, juga ditugasi oleh Dinas Pendidikan Bali untuk memediasi ME dan NRK. Pertemuan, kedua pihak digelar pada Jumat (15/9/2023).
Suarsika menuturkan orang tua ME memindahkan anaknya dari sekolah. SMAN 10 Denpasar mengabulkan keinginan tersebut.
![]() |
Suarsika mengeklaim ME dan NRK sudah berdamai. "Kedua belah pihak sudah datang, saling memaafkan, serta sudah berdamai," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suarsika juga menampik ada geng pelajar di SMAN 10 Denpasar. "Kami juga sudah memberikan surat peringatan dan dia (NRK) sudah menandatangani surat pernyataan," tuturnya.
Sebelumnya, ME mengalami perundungan pada Rabu (13/9/2023). Siswa kelas X itu didatangi sekelompok rekan seangkatan lantas wajahnya dipukul.
Siswa kelas X8 SMAN 10 Denpasar itu dicari dan dipukul karena adanya ketersinggungan pesan di sebuah grup WhatsApp angkatannya. "Muka saya langsung dihajar," tutur ME kepada detikBali, Selasa (3/10/2023).
NRK mengajak lima anggota gengnya saat merundung ME. Pemukulan dan perundungan itu disaksikan oleh dua teman ME yakni GZAI dan TP.
ME telah melaporkan perundungan tersebut ke Polsek Denpasar Selatan pada Rabu (13/9/2023).
(gsp/iws)