16 Negara Anggota NIOHC Gelar Pertemuan-Bahas Hidrografi di Nusa Dua

16 Negara Anggota NIOHC Gelar Pertemuan-Bahas Hidrografi di Nusa Dua

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 23 Agu 2022 17:35 WIB
Suasana pertemuan anggota Komisi Hidrografi Samudra Hindia Utara atau The North Indian Ocean Hydrographic Commission (NIOHC) di Nusa Dua, Bali
Suasana pertemuan The North Indian Ocean Hydrographic Commission (NIOHC) di Nusa Dua
Nusa Dua -

Sejumlah anggota Komisi Hidrografi Samudra Hindia Utara atau The North Indian Ocean Hydrographic Commission (NIOHC) dari 16 negara berkumpul di Nusa Dua, Bali.

Mereka berkumpul dan menggelar pertemuan untuk membicarakan persoalan hidrografi.

16 negara yang mengikuti pertemuan tersebut yakni Bangladesh, Sri Lanka, India, Oman, Maladewa, Australia, Pakistan, Saudi Arabia, Thailand dan Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Mauritius dan Indonesia sebagai tuan rumah. Pertemuan NIOHC ini adalah yang kali ke-21.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada hari ini kita melaksanakan (pertemuan) ke-21. Kita mengikuti di tiga regional dari 16 regional untuk organisasi hidrografi dunia. Dan ini kita ikuti untuk yang bagian Hindia Utara yang diikuti tadi oleh 16 negara," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono kepada wartawan, Selasa (23/8/2022).

Menurutnya, pertemuan semacam ini sudah bukan hal yang baru di dunia Hidro-Oseanografi.

Pihaknya melalui Pusat Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Pushidrosal) sudah sering mengikuti kegiatan seperti ini, baik di luar negeri maupun di Indonesia.

"Dan kini kebetulan kita yang menjadi tuan rumah sehingga kita laksanakan di Bali ini," jelas Yudo.

Yudo menjelaskan, TNI AL selain memiliki sistem senjata armada terpadu yang terdiri dari kapal perang, marinir dan pangkalan, juga memiliki Pusat Hidro-Oseanografi. Pushidrosal sudah masuk dalam International Hydrographic Organization (IHO) dan sudah diakui oleh dunia.

Baginya, keberadaan hidrografi ini sangat penting karena Indonesia sebagai negara kepulauan.

Terlebih di dalam alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) juga dituntut bahwa negara kepulauan harus bertanggung jawab terhadap keamanan navigasi.

"Nah keamanan navigasi tanpa Hidro-Oseanografi juga tidak mungkin terwujud. Sehingga untuk pembuatan peta untuk pelayaran internasional ini adalah merupakan peran hidrografi," paparnya.


Samakan Visi
Laksamana Yudo menyebutkan, bahwa dalam pertemuan hidro-oseanografi ini para anggota bermaksud untuk menyamakan visi dan juga untuk menemukan sumber daya alam, khususnya di dalam laut. Karena wilayahnya sangat luas, jadi dihadiri oleh beberapa negara sehingga tentunya perlu kerja sama antar negara tersebut.

Karena tidak bisa Hidro-Oseanografi ini hanya berdiri sendiri. Dengan kemajuan teknologi yang ada mungkin ada, seperti alat-alat yang baru, kemudian cara-cara untuk di kedalaman yang mungkin sampai ribuan. Nah ini perlu kerja sama dengan asing.

Selain itu, keberadaan peta, baik nasional maupun internasional perlu dilakukan koordinasi antar-anggota NIOHC. Dengan begitu, dalam pembuatan peta ini dilakukan sesuai standar internasional.

"Nah hidros (Pushidrosal) ini sudah diakui internasional, peta yang dibuat oleh hidros itu sudah diakui internasional dan dipakai pelaut dunia. Sehingga kalau kapal-kapal asing kalau mau ke Indonesia, kalau dia tidak menggunakan peta Indonesia, mereka tidak mau," jelasnya.




(dpra/dpra)

Hide Ads