Sa'o Ria, rumah adat Suku Lio di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai pusat kehidupan masyarakat. Rumah tradisional bukan hanya sekadar untuk tempat tinggal, tapi sebagai tempat dimana sebuah keluarga melakukan sosialisasi tentang norma, tradisi, dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.
Tentunya setiap daerah memiliki rumah adat yang memiliki fungsi sesuai kepercayaan yang dipeluk oleh masyarakatnya. Hal ini juga berlaku bagi masyarakat sukuLio di DusunNuaone, KabupatenEnde. Dalam masyarakat sukuLio, mereka mengenal rumah adat dengan sebutanSa'o Ria (rumah besar).
Sa'o Ria tidak hanya menjadi tempat berkumpul bagi kepala suku (Mosalaki) dan Kopokasa (wakil kepala suku), tetapi juga menjadi pusat peradaban budaya suku Lio. Mulai dari melakukan upacara ritual adat, ritual pertanian, hingga tempat peristirahatan leluhur.
Dalam Sa'o Ria, kepala suku (Mosalaki) akan berkomunikasi dengan Kopokasa (wakil kepala suku) mengenai berbagai hal yang menyangkut masyarakat dan pelestarian rumah adat. Mosalaki dan Kopokasa memiliki peran penting dalam perencanaan pembangunan hingga peresmian Sa'o Ria.
Penasaran dengan proses pembuatan rumah adat suku Lio? yuk simak ulasan berikut ini.
Ulasan ini dirangkum dari penelitian Mukhtar, M. A. (2018) yang berjudul Tahapan Pembangunan Rumah Tradisional Sa'o Ria Sebagai Upaya Pelestarian Masyarakat Adat Suku Lio Dusun Nuaone Ende.
Makna Sa'o Ria
Sa'o Ria bukan hanya sekedar bangunan tempat tinggal. Bagi masyarakat suku Lio Sa'o Ria memiliki makna yang mencerminkan bagaimana suku itu menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Pertama, Sa'o Ria dimaknai sebagai simbol kebersihan dan kesucian yang merupakan hal terpenting bagi masyarakat Lio. Kedua, Sa'o Ria memiliki makna penting pada kehidupan masyarakat suku Lio secara spiritual.
Ketiga, Sa'o Ria juga dimaknai sebagai rumah adat yang mencerminkan kebesaran, kemakmuran, keberanian, dan kesucian untuk memuja leluhur. Selain itu, rumah besar juga dimaknai sebagai simbol persaudaran dalam kehidupan bermasyarakat untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan antar suku. Dan yang terakhir rumah ini dimaknai sebagai kesuburan dan kelahiran. masyarakat percaya setiap kelahiran manusia memiliki kaitan yang erat dengan Sa'o Ria.
Tahap Persiapan
Dalam merancang sebuah Sa'o Ria diperlukan persiapan yang matang. Karena membangun sebuah Sa'o Ria harus melibatkan keluarga, Mosalaki dan leluhur. Berikut tahap persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pembangunan.
• Musyawarah dalam keluarga: Musyawarah ini dipimpin olehMosalaki yang dihadiri oleh seluruhketurunanya. Dalam musyawarahMosalaki akan menyampaikan bahwa ia sudah sanggup untuk membangunSa'o Ria dalam istilah adat yaitukema gonaolesaido.
• Menentukan tanggal pelaksanaan: Setelah hasil musyawarah disetujui oleh seluruh keluarga, selanjutnya akan dilakukan ritual so bhoka au (bakar bambu) dengan tujuan meminta restu dan tanggal baik kepada leluhur.
• Menyebarkan informasi ke seluruh masyarakat adat: tahap ini dapat dilakukan apabila ritual Sa'o Ria mendapatkan restu dari leluhur. Menariknya, penyampaian pesan dilakukan dengan cara lisan dan memukul teo nggo (alat musik gong).
• Mengumpulkan bahan untuk membangun: Langkah pertama yang akan dilakukan adalah membuat ramuan Sa'o Ria. Ramuan ini dibuat oleh tukang tradisional yang mengikuti beberapa ritual selama berhari - hari. Selain itu, dibuat juga Tai ndolu (penggaris) yang merupakan salah satu alat yang digunakan oleh tukang tradisional untuk membuat garis saat membangun Sa'o.
Tahap Pembangunan
Tahap pembangunan Sa'o Ria sangatlah komplek. Karena setiap sudut memiliki bangunan yang harusdi bangun sesuai tanggal baik yang di dapat dari leluhur.
• Membongakar banguna lama Sa'o Ria (Robo Sa'o Ria): Pembongkaran ini dilakukan oleh masyarakat adat suku Lio yang dipimpin oleh Mosalaki dan Kopokasa untuk memindahkan barang - barang peninggalan leluhur menuju kebo ria sebagai tempat sementara.
• Memasang Pondasi pertama (Wake Leku Pera): Dalam memasang pondasi pertama, masyarakat menggali lubang yang cukup dalam terlebih dahulu. Di dalam lubang itu, akan dikorbankan seekor anjing yang dikubur hidup-hidup, lalu ditimpa dengan tiang leke lewu sebagai pondasi pertama. Jangan lupa untuk menuangkan minyak kelapa dan sejumlah telur di sekitar lubang. Setelah ritual ini selesai akan dilanjutkan dengan pemasangan tiang leke lewu tanpa harus melakukan ritual lagi.
• Membuat struktur bangunan: Tahap ini akan dilakukan pemahat dan pengukuran kayu untuk membuat struktur bangunan. Pada tahap ini juga dilakukan ritual wuru mana yang dilakukan oleh keluarga besar pemilik Sa'o Rao dengan membawa semua harta yang dimiliki untuk diserahkan kepada Mosalaki.
Setelah tahap pemahatan sudut kolom selesai, kemudian dipasang di berbagai sudut hingga membentuk sebuah ruangan pada bangunan Sa,o Ria. Tahap pemasangan ini juga dilakukan ritual berupa pemberian sepotong lontar, sesajen, sedikit serbuk emas, nasi dan daging di dekat balok yang sudah mau dipasang itu yang dipersembahkan untuk leluhur. Selanjutnya Mosalaki akan memotong ayam jantan berbulu merah di atas sesajen dan darah ayam akan di oleskan ke balok yang akan dipasang.
Ritual terakhir adalah menggantung berbagai jenis hasil pertanian dan perkebunan di setiap sudut balok yang dipasang, sebagai lamvang kesuburan.
• Pemasangan tiang utama (Wake Mangu): Pada tahap ini masyarakat adat akan memasang dua tiang utama yang melambangkan kekuatan dan keseimbangan Sa'o Ria. Sebelum pemasangan, akan di adakan ritual adat dengan meletakkan sesajen yang isinya berupa pega (padi), sebo nggako (tumbuhan air), serbuk emas, tembakau, serta sirih pinang. Sesajen ini diletakkan di bawah tiang yang sudah dipilih dengan hati-hati, diukur, dipahat, lalu diolesi minyak kelapa sebagai simbol kelancaran dan kekuatan.
Tiang ini di pasang pada malam hari, yang diiringi dengan tarian dan musik tradisional nggo wani. Kemudian, tiang ini di bungkus sarung adat selama empat hari dan tidak boleh dilakukan pekerjaan selama proses itu.
Setelah masa itu selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan pemasangan atap yang dalam prosesnya disertai doa dan pengolesan darah ayam untuk menolak kesialan.
• Pemasangan tempat sesajen ( Soke saga): Tahap ini menjadi penutup proses pembangunan Sa'o Ria. Pada tahap ini akan dipasang bambu atau kayu sebagai tempat untuk menaruh sesajen. saga menjadi salah satu benda yang sakral bagi suku Lio yang digunakan untuk media komunikasi dengan leluhur.
Terdapat ada dua jenis saga, yaitu saga wula leja yang berada di puncak bumbung atap sebagai tempat untuk menaruh sesajen yang dihaturkan untuk sang pencipta. Sedangkan Saga tana watu ditancapkan di depan rumah Sa'o Ria yang merupakan simbol hubungan manusia dengan bumi dan leluhur.
Ritual untuk meresmikan Sa'o Ria
Setelah pembuatan Sa'o Ria selesai akan diadakan acara peresmian yang memiliki tiga tahapan, yaitu Nai Sao (masuk rumah), Lobo Sao (tutup rumah), dan Joka Sawa Kaju (membuang tatal kayu). Berikut ini merupakan ulasan setiap acara peresmian Sa'o Ria.
• Nai Sao (masuk rumah)
Acara peresmian ini dilaksanakan jamuan makan bersama yang mengundang seluruhMosalaki dan masyarakat adat untuk ikut meramaikan. Acara jamuan ini akan menghidangkan menu daging babi yang berasal dari babi warga yang disembelih tanpa memberitahu saat penyembelihan dan akan diberitahukan setelah acara selesai.
• Lobo Sao (tutup rumah)
Acara ini bisa dibilang acara peresmian paling utama dan terbesar dalam meresmikan Sa'o Ria. Dalam peresmian ini Mosalaki akan melakukan musyawarah kembali dengan sanak keluarga mengingat biaya yang akan dikeluarkan sangatlah besar.
• Joka Sawa Kaju (membuang tatal kayu)
Ini merupakan acara terakhir yang akan dilaksanakan oleh suku Lio. Dimana pada ritual ini akan dilakukan pembuatan tatal kayu, dengan bertujuan agar Sa'o Ria yang baru dibangun terhindar dari hal buruk yang tidak diinginkan.
Tatal kayu ini tidak dibuang begitu saja, tetapi di disimpan dengan baik oleh Mosalaki. Ritual ini akan dipimpin oleh Mosalaki dan dihadiri oleh sanak keluarga.
Simak Video "Video: Mengulik Filosofi Rumah Adat Baduy"
(nor/nor)