Tari Sere, Tarian Kesultanan Bima yang Melambangkan Ketangguhan

Tari Sere, Tarian Kesultanan Bima yang Melambangkan Ketangguhan

I Komang Murdana - detikBali
Senin, 22 Sep 2025 06:30 WIB
Tari Sere Bima (Foto:YouTube Budi Utomo)
Foto: Tari Sere Bima (Foto:YouTube Budi Utomo)
Denpasar -

Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyimpan banyak kisah tentang budaya dan tradisi yang dimiliki oleh berbagai suku yang mendiami wilayah ini. Salah satunya adalah suku Bima atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbojo.

Secara administratif, masyarakat Mbojo tersebar di bagian timur Pulau Sumbawa, tepatnya di Kabupaten Bima. Dahulu, daerah ini merupakan bagian dari Kesultanan Bima sebelum akhirnya menjadi daerah administratif seperti sekarang. Sama halnya dengan Kesultanan Sumbawa yang memiliki beragam tradisi dan kesenian, Kesultanan Bima juga kaya akan warisan budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika Kesultanan Sumbawa memiliki Tari Tanak Juran sebagai tari penyambut Sultan Sumbawa, Kesultanan Bima juga memiliki Tari Sere sebagai tari klasik istana yang sengaja diciptakan sebagai pertunjukan di kesultanan Bima pada saat itu. Tarian ini diperkirakan ada pada saat pemerintahan Sultan Bima II.

Berikut ulasan mengenai Tari Sere Kesultanan Bima.

ADVERTISEMENT

Sejarah Tari Sere

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Kesultanan ini mengalami perkembangan yang begitu pesat di bidang seni tari. Ia merupakan Sultan Bima II yang memerintah dari tahun 1640-1682 M.

Secara umum, Tarian Masyarakat Bima terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Tari Klasik Istana (Mpa'a Asi), Tarian Rakyat (Mpa'a Ari Mai Ba Asi), dan Tarian Donggo. Pada masa ini Sultan Bima II menciptakan Tari Sere yang merupakan kelompok dari tari klasik istana.

Terciptanya Tari Sere ini sebagai bentuk penghormatan kepada para prajurit yang rela berjuang untuk melindungi Kesultanan Bima. Hal ini terlihat dari gerakan tarinya yang melakukan lompatan dan lari. Tarian ini dibawakan oleh dua perwira kesultanan yang tangguh pada masa itu dengan dilengkapi perisai dan tombak.

Makna Tari Sere

Bagi masyarakat mbojo, Tari Sere memiliki makna yang dalam bagi kehidupan. Tari Sere Bima direpresentasikan sebagai sebuah keberanian, kehormatan, dan kekuatan masyarakat Bima.

Setiap gerakan tari yang tegas dan dinamis melambangkan sebuah ketegasan karakter dan semangat juang yang dimiliki oleh masyarakat Bima. Selain merepresentasikan ciri masyarakat Bima, tari ini juga mengajarkan bagaimana harmonisanya keseimbangan manusia, alam, dan tuhan.

Fungsi Tari Sere

Fungsi Tari Sere yang pertama adalah sebagai pertunjukan budaya. Dimana tari ini sering dipertunjukan pada saat ritual adat ataupun perayaan oleh masyarakat Mbojo, NTB.

Fungsi kedua adalah sebagai pembelajaran budaya. Dimana Tari Sere saat ini sudah mulai diajarkan di sekolah dan sanggar sebagai bentuk dari menghargai warisan budaya dan untuk melestarikan budaya.

Fungsi yang terakhir adalah sebagai daya tarik wisata karena tarian ini sering dipertunjukan untuk wisatawan yang sedang berlibur ke Kota Bima.

Pertunjukan Tari Sere

Tari Sere dibawakan oleh dua penari laki-laki yang merupakan seorang perwira kesultanan. Mereka dilengkapi dengan atribut perisai dan tombak serta menggunakan pakaian khas masyarakat Mbojo yang memiliki aura magis.

Selama pertunjukan penari akan selalu memasang wajah yang perkasa dengan arti memiliki keberanian serta ditambah dengan gerakan melompat dan berlari ke seluruh penjuru yang memiliki arti menyerang dan menangkis serangan musuh untuk melindungi Kesultanan Bima.

Tarian ini juga diiringi dengan alat musik tradisional khas masyarakat Mbojo. Alat musik yang digunakan berupa gong, gendang dan seruling yang dimainkan secara lambat dan khidmat. Hal tersebut mencerminkan kekhusyukan dan keagungan dari tarian ini.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads