Menelusuri Asal-usul Desa Tepal yang Memiliki Peninggalan Zaman Purbakala

Menelusuri Asal-usul Desa Tepal yang Memiliki Peninggalan Zaman Purbakala

I Komang Murdana - detikBali
Minggu, 21 Sep 2025 06:30 WIB
Desa Tepal, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, NTB (Tangkap Layar Google Maps/Andi Tamrin/2022)
Foto: Desa Tepal, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, NTB (Tangkap Layar Google Maps/Andi Tamrin/2022)
Denpasar -

Desa Tepal adalah salah satu desa yang berhasil selamat dari dahsyatnya letusan Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara administratif, Desa Tepal berlokasi di Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, NTB. Desa ini terletak di ketinggian 847 meter di atas permukaan laut, dengan jarak kurang lebih 67 kilometer dari pusat kota Sumbawa Besar.

Untuk mencapai desa ini sangatlah sulit. Perjalanan menuju desa ini di dominasi oleh tanjakan dan turunan yang licin. Karena itu, kendaraan jenis trail dan offroad sangatlah disarankan bagi kamu yang ingin berkunjung ke Desa Tepal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski memiliki akses jalan yang ekstrem, perjalanan menuju Desa Tepal menawarkan pemandangan alam yang indah dengan pepohonan yang tinggi dan perbukitan yang ada disekitar siap memanjakan mata. Tak hanya itu, desa ini Juga memiliki situs batu tulis yang dipercaya masyarakat setempat sebagai peninggalan zaman purbakala.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tepal? Seperti apa asal usul desa yang terletak di pegunungan ini? Yuk, disimak ulasan berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Desa Tepal

Dahulu Desa Tepal dikenal dengan nama Kepal, yang diyakini berasal dari akronim "tukepal" atau tau kepal. Asal-usul desa ini berkaitan erat dengan empat kelompok masyarakat yang disebut Mule Kamuya.

Mule kamuya dahulu berada di sekitar perbukitan tempat Desa Tepal sekarang.

Mule Kamuya Malengke yang terletak di bukit Parano dengan jarak sekitar 4 kilometer (km) di sebelah barat Tepal. bukit ini meninggalkan dua batu bertulis dan satu makam kuno.

Selanjutnya Mule Kamuya Malempe berlokasi di bukit Mantulur. Berjarak 2 km dari sebelah barat Tepal. Bukit ini memiliki situs pekuburan lama dan makam penting yang disebut "Kuburan Menteri Malang".

Adapun Mule Kamuya Padesa atau Teba Jarak yang berlokasi sekitar 2 km sebelah barat agak utara Tepal. Bukit ini meninggalkan makam serta mata air keramat bernama "Ai Nongka Mali".

Yang terakhir adalah Mule Kamuya Orong Mate atau yang dikenal dengan sebutan Pola Desa. Berbeda dari bukit lainya yang memiliki jarak cukup dekat dengan Tepal, bukit ini memiliki jarak yang jauh sekitar 10 km sebelah timur Tepal.

Bukit ini memiliki kelompok makam dan tiga batu bertulis yang dikenal dengan nama "Batu Tulis Pamanto Asu". Dari keempat kelompok inilah terbentuk kampung yang kemudian dikenal sebagai Kamulung Kepal atau Kampung Tukepal, yang kini disebut Desa Tepal.Selain warisan sejarah, Tepal juga memiliki kisah unik tentang masuknya Islam. Meski tidak ada catatan pastinya, cerita turun-temurun menyebut bahwa agama Islam diterima dengan damai oleh masyarakat Tepal.

Bahkan, ketika ulama besar Syeikh Zainuddin diutus oleh Raja Sumbawa untuk menyebarkan agama Islam di Tepal, beliau kaget melihat masyarakat Tepal telah lebih dulu memeluk Islam dengan penuh keyakinan. Karena hal tersebut, Syeikh Zainuddin memilih menetap di Tepal hingga beliau tutup usia. Makam beliau dan keluarganya kini berada di pemakaman Olat Tamangka, yang masih sering diziarahi masyarakat.

Kehidupan Masyarakat Desa Tepal

Sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Sumbawa. Mayoritas masyarakat Desa Tepal bekerja sebagai petani kopi. Ladang kopi tumbuh subur di desa ini sehingga menghasilkan kopi Tepal dengan kualitas tinggi dan dikenal oleh seluruh penduduk NTB.

Penduduk Desa Tepal adalah Tau Samawa Yang merupakan suku asli Pulau Sumbawa. Meski hidup jauh dari keramaian kota, mereka masih menjaga adat dan tradisi serta kebiasaan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.

Di zaman yang serba canggih ini, penduduk Tepal masih memegang teguh kehidupan tradisionalnya. Hal ini dibuktikan dari bangunan rumah penduduk tepal yang terbuat dari bambu atau kayu. Warga juga masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

Mengelilingi Desa Tepal akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Kita bisa melihat suasana pedesaan yang tenang dengan menyaksikan ibu-ibu Tepal duduk di teras rumah sambil membuat anyaman tikar dari daun pandan. Hal ini membuat perjalanan ke Desa Tepal terasa istimewa dan sulit dilupakan.

Situs Batu Tulis yang ada di Desa Tepal

Di Desa Tepal ada sebuah batu besar yang dikenal dengan nama Batu Tulis atau ada juga yang menyebutnya Batu Penggores. Batu ini memiliki keunik karena permukaannya terdapat banyak goresan sedalam kurang lebih 2 cm. Batu tulis memiliki bentuk lambang yang bermacam-macam, ada lambang kuno, gambar senjata, hewan, manusia, sampai alat rumah tangga seperti sendok dan piring.

Selain itu, ada juga tanda panah yang seolah-olah menunjukkan arah tertentu. Masyarakat setempat percaya batu ini punya hubungan erat dengan sejarah desa, khususnya pada masa Datuk Macani yang merupakan tokoh penting dan berpengaruh di Tepal.

Batu Tulis ini sudah ada sejak zaman batu lunak, yaitu saat batu belum sekeras seperti sekarang. Hingga kini, batu tersebut masih dijaga oleh pemerintah desa dan pemerintah Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu peninggalan sejarah.

Yang membuatnya menarik, di Batu Tulis ada semacam sandi atau tulisan yang menggunakan huruf aksara Samawa yang disebut satera jontal. Sampai sekarang belum ada yang bisa memahami apa maksud dari tulisan itu. Hanya kepala adat Desa Tepal yang tahu. Namun beliau merahasiakannya karena dianggap berkaitan dengan adat istiadat.

Nah itu dia sedikit ulasan mengenai Desa Tepal yang ada di Kabupaten Sumbawa.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads