Suku Dayak Bulusu di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara, memiliki banyak tradisi unik. Setiap tradisinya menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap upacara adat mereka, salah satunya Ginum Pengasih atau dikenal sebagai 'minum pengasih'.
Tradisi ini dilakukan dengan meminum minuman khas yang disimpan dalam tempayan. Ginum Pengasih bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol penghormatan, kebersamaan, hingga penyelesaian konflik.
Ketua Adat Bulusu Kabupaten Tanah Tidung, Saipul menjelaskan bahwa Ginum Pengasih selalu hadir dalam berbagai acara adat, seperti pernikahan, penyambutan tamu, hingga acara duka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minuman ini merupakan bentuk penghormatan kepada tamu dan mempererat rasa kebersamaan," ujar Saipul kepada detikKalimantan, Senin (16/6/2025).
Namun, tradisi minum pengasih tidak dilakukan sembarangan. Ada aturan dan momen khusus yang diatur oleh panitia adat. Minuman ini disajikan secara bergantian, rapi, dan tertata. Biasanya disajikan di rumah atau balai adat.
"Ada panitia yang mengatur prosesi minum pengasih, sehingga semuanya berjalan tertib," tambah Saipul.
![]() |
Dalam upacara pernikahan misalnya, pengantin wajib meminum pengasih pegunungan terlebih dahulu sebagai simbol ikatan. Setelah itu, keluarga dan para undangan turut serta. Selain itu, minum pengasih juga menjadi bagian dari upaya penyelesaian konflik.
"Minum pengasih antara dua pihak yang berselisih menjadi simbol perdamaian," ungkap Saipul.
Meski mengandung alkohol, tradisi ini memiliki aturan hukum adat yang ketat. Jika ada yang mabuk berlebihan hingga membuat keributan atau mencelakai orang lain, pelaku akan dikenakan denda sesuai hukum adat.
"Sejauh ini, belum pernah ada percekcokan setelah minum pengasih," tegas Saipul.
Komposisi Unik Minuman Pengasih
![]() |
Proses pembuatan Ginum Pengasih juga unik. Minuman ini terbuat dari ubi kayu yang direbus, dipotong-potong, lalu dicampur dengan ragi buatan sendiri, jahe, serai, dan merica.
Campuran ini kemudian disimpan dalam tempayan selama 2-3 minggu hingga siap disajikan. "Komposisi ini membuat Ginum Pengasih memiliki cita rasa khas dan bisa memabukkan jika dikonsumsi berlebihan," jelas Saipul.
Saipul juga menyebut bahwa Ginum Pengasih adalah warisan leluhur yang harus terus dilestarikan. Meski menurutnya tradisi ini sulit diterima oleh generasi muda, ia berharap orang tua dapat terus memberikan pemahaman tentang makna budaya ini.
"Kami ingin generasi muda menjaga tradisi ini dengan tetap mematuhi aturan adat agar tetap tertib," katanya.
Tak hanya sebagai bagian dari upacara adat, Ginum Pengasih juga diharapkan dapat menjadi daya tarik ekowisata.
"Tradisi ini unik dan bisa menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan," tutur Saipul.
Ia berharap Ginum Pengasih terus eksis sebagai simbol identitas Suku Dayak Bulusu, baik dalam acara adat, ritual, gotong royong, hingga penyelesaian konflik.
(aau/aau)