Melihat Upacara Ngenteg Linggih di Desa Nyanglan, Digelar 66 Tahun Lalu

Melihat Upacara Ngenteg Linggih di Desa Nyanglan, Digelar 66 Tahun Lalu

Putu Krista - detikBali
Rabu, 04 Sep 2024 10:35 WIB
Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini).
Foto: Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini).
Klunkung -

Warga Hindu yang tinggal di Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, dan Kecamatan Tembuku, Bangli, (satu desa dalam dua kabupaten) menggelar upacara ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas desa setempat. Upacara serupa terakhir kali digelar pada 1958 atau 66 tahun yang lalu.

Upacara ngenteg linggih bertujuan mengembalikan lagi kesucian dan menyucikan serta menyakralkan 'niyasa' tempat memuja Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya Bhatara Sri Sedana, atau dewa kemakmuran.

Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini).Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini).

Bendesa Nyanglan, I Wayan Sarjana, mengatakan pelaksanaan upacara digelar selama sebelas hari penuh. Dengan rangkaian persiapan sudah digelar selama kurang lebih tiga bulan sebelumnya.

"Prosesi utama sudah dimulai dari 2 Juni 2024, dengan prosesi membentuk panitia upacara dan matur piuning akan dilaksanakan karya suci ini," kata Sarjana, Minggu (1/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan, Pura Manik Mas Nyanglan diempon oleh 167 krama subak yang terbagi dari dua desa, yakni Desa Nyanglan dan Desa Timuhun. Sedangkan untuk Nyanglan terbagi dua lagi, yakni Banjar Kaler wilayah Bangli dan Banjar Kelod wilayah Klungkung.

Rangkaian upacaranya dilanjutkan dengan upacara tawur balik sumpah, melasti ke segara Watu Klotok, Mapepada Agung. "Puncaknya sudah kami laksanakan pada Sabtu (31/8/2024). Mudah-mudahan harapan masyarakat subak bisa mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan, kesuburan alam semesta ini," harap Sarjana.

Prosesi upacara bisa terlaksana berkat warga ngrombo (gotong royong), baik dari segi tenaga, doa hingga bantuan punia (dana).

Aliran Air dari Bangli hingga Ibu Hamil Pantang Masuk Pura

Bendesa Gede Nyanglan, IB Nyoman Suta, menceritakan ada keunikan dari Desa Nyanglan. Di mana air irigasi mengairi sawah dari hulu, yakni Banjar Nyanglan Kaja yang sudah masuk wilayah Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.

Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini).Pelaksanaan karya agung ngenteg linggih, mupuk pedagingan lan padudusan agung di Pura Manik Mas Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Tembuku Bangli, Sabtu (31/9/2024). (Istimewa / Wayan Antarini)

"Sedangkan ke hilirnya sampai pada sawah dari krama yang berasal dari desa tetangga, yakni Desa Timuhun, Klungkung," ujarnya.

Selain itu, warga perempuan atau krama istri yang sedang ngadut manik (hamil) tak diperkenankan sembahyang di Pura Manik Mas Nyanglan. Setiap odalan atau upacara apapun selama ini, ibu hamil tidak diperbolehkan ikut sembahyang.

"Kepercayaan dari zaman dulu bahwa bisa mengakibatkan petaka keguguran. Sehingga tidak ada yang berani melanggar pantangan itu," terangnya.

Berdasarkan cerita rakyat yang hingga kini dipercaya masyarakat setempat, pantangan ibu hamil tidak boleh masuk pura karena sebelum adanya Pura Manik Mas, yang lebih awal adalah Pura Karang Tuang, Pujung Sari, baru lah Pura Manik Mas.

"Karena sulit menyebut manik embas, kemudian lambat laun berubah menjadi manik mas, dan ibu hamil takut masuk karena takut embas atau keguguran," pungkasnya. Prosesi upacara dipuput atau dipimpin oleh empat sulinggih sarwa sadaka.




(nor/nor)

Hide Ads