Umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Krulut setiap enam bulan atau 210 hari kalender, tepatnya pada Saniscara Kliwon Krulut. Tahun ini, Tumpek Krulut dirayakan pada Sabtu, 16 September 2023.
Rahina Tumpek Krulut identik dengan taksu gong sehingga disebut sebagai odalan gong. Umat Hindu merayakan Tumpek Krulut sebagai hari cinta kasih antar sesama manusia atau pada umumnya seperti perayaan hari Valentine karena taksu yang diturunkan pada hari Tumpek Krulut dipercaya dapat mendatangkan kebahagiaan dan rasa kasih sayang.
Dilansir dari laman Kemenag Badung, umat Hindu di Bali memiliki adat dan budaya alat musik gamelan sebagai sarana yang menampilkan tabuh atau suara-suara suci untuk pendamping perayaan upacara-upacara suci umat Hindu. Maka, gamelan dianggap memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Tumpek Krulut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna Rahina Tumpek Krulut
Dilansir dari berbagai sumber, Tumpek Krulut juga dikenal sebagai Tumpek Lulut, dimana kata lulut dalam bahasa Bali berarti jalinan atau rangkaian. Taksu yang diturunkan pada hari Tumpek Krulut dipercaya dapat mendatangkan kebahagiaan dan rasa kasih sayang.
Menurut orang Bali, taksu merupakan kekuatan spiritual yang menjiwai berbagai kegiatan seni yang dilakoni orang Bali. Maka dari itu, perayaan ini kerap disebut sebagai hari Valentine-nya umat Hindu di Bali. Selain itu, hari ini juga kerap diidentikkan dengan taksu gamelan.
Seseorang yang mendengarkan alunan dari gamelan juga secara tidak langsung akan menikmati dan menimbulkan kesenangan atau kebahagiaan. Dapat dilihat saat mereka menggerakkan tangan, kaki, atau kepalanya saat menikmati alunan tersebut.
Nilai Teo Estetis dalam ajaran agama Hindu berkaitan dengan estetika yang selalu beriringan dengan Satyam yang berarti kebenaran, Siwam merupakan kesucian, dan Sundaram yang merupakan keindahan. Maka dari itu, Tumpek Krulut memiliki nilai Teo Estetis yakni keindahan dalam aspek teologis.
Tumpek Krulut juga berhubungan dengan aspek Ketuhanan dalam bentuk seni. Di dalam alat gamelan terkandung nyasa (simbol) yang bersemayam para dewa yakni Dewa Iswara (Dang), Dewa Siwa (Ding), Dewa Brahma (Deng), Dewa Wisnu (Dung), dan Dewa Mahadewa (Dong). Bersemayam juga para dewi-dewi di dalamnya, yakni Dewi Mahadewi, Dewi Umadewi, Dewi Saraswati, Dewi Sri dan Dewi Gayatri. Alat-alat seni (gamelan) tetap tidak terlepas dari konsep Ketuhanan dengan manifestasinya para dewi-dewi di dalamnya.
Tujuan Perayaan Tumpek Krulut
Perayaan Tumpek Krulut bertujuan untuk menjalin hubungan harmonis antar sesama manusia dan menumbuhkan kasih sayang dan taksu pada diri kita. Selain itu, tumpek ini adalah untuk mengupacarai gong atau gamelan yang digunakan sebagai pendamping upacara-upacara suci guna melantunkan alunan yang indah dan memiliki taksu karena saat Tumpek Krulut pemujaan lebih diutamakan pada sabda (bunyi) atau tetangguran (gamelan atau musik).
Perayaan Tumpek Krulut di Bali
Gubernur Bali I Wayan Koster menerbitkan instruktur Gubernur Nomor 08 Tahun 2023 tentang perayaan rahina Tumpek Krulut dengan pelaksanaan Jana Kerthi sebagai implementasi dari Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali era baru.
Rahina Tumpek Krulut dirayakan secara sekala dan niskala. Perayaan secara sekala di antaranya dapat dilakukan dengan pagelaran pertunjukan seni. Seperti contohnya, Pemerintah Provinsi Bali pernah merayakan dengan menyelenggarakan pertunjukan seni dan grand final aransemen lagu Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Melainkan secara niskala, dilakukan dengan upacara penyucian gamelan atau alat musik.
Sementara itu untuk keluarga dapat merayakan Tumpek Krulut dengan persembahyangan di rumah masing-masing dengan menghaturkan banten di rong tiga berupa Pejati, Daman, Tipat sirikan, dan ayaban berupa tipat manca tingkat madya, nista tipat gong, dan di lebuh dihaturkan segehan panca warna 9 tanding.
Banten merupakan media untuk menyampaikan Sradha (keyakinan) dan Bhakti (persembahan tulus ikhlas) terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dimana hal ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan kasih sayang dan taksu dalam diri kita masing-masing.
Artikel ini ditulis oleh Ni Made Maheswari Anindya Putri peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)