Hari Bakcang merupakan salah satu hari istimewa bagi masyarakat Tionghoa. Karena itu, momen ini selalu dinanti setiap tahunnya.
Di tahun 2025 ini, perayaan Hari Bakcang kembali dirayakan dengan semarak di berbagai daerah. Lantas kapan Hari Bakcang 2025 dilaksanakan?
Mengutip laman Binus University, perayaan Hari Bakcang identik dengan makanan khas bernama bakcang. Sejenis kue basah yang dibungkus daun dengan isian beragam seperti daging dan sayuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun tak cuma itu, Hari Bakcang juga punya makna dan sejarah yang dalam bagi warga Tionghoa. Biar lebih paham, yuk simak informasi lengkap seputar tanggal, makna, dan tradisi Hari Bakcang 2025 berikut ini!
Jadwal Hari Bakcang 2025
Mengutip buku Perayaan Tionghoa di Indonesia oleh Alex Cheng, Silvia, dan Wahyudi, Hari Bakcang dirayakan pada hari ke-5 bulan 5 berdasarkan penanggalan Lunar. Mengacu pada kalender China, Hari Bakcang atau yang juga dikenal dengan Festival Perahu Naga diperingati pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Makna Hari Bakcang
Hari Bakcang ini memiliki banyak istilah lain yang sesuai dengan bahasa atau dialek daerah asal masyarakat Tionghoa itu sendiri. Diantaranya ialah Duan Wu Jie, Ba Chuan, Pe Chun, Toan Ngo, dan Toan Yang.
Sementara lafal Tionghoa-Indonesianya adalah Peh Cun. Adapun istilah Peh Cun sendiri berasal dari bahasa Hokkian yang dipendekkan dari kata Pe Liong Chun yang berarti mendayung perahu naga.(1)
Meski begitu, peringatan Peh Cun atau Hari Bakcang memiliki tujuan yang sama, yaitu mengenang dan menghormati jasa tokoh patriot menteri negara Chu, bernama Qu Yuan (340 SM-278 SM). Penyebutan Hari Bakcang sendiri berasal dari hidangan khas yang disajikan saat perayaan Peh Cun, yang juga secara simbolis dilemparkan ke sungai sebagai bagian dari tradisi peringatan.
Bentuk bakcang yang memiliki empat sudut dipercaya sarat makna dan doa yang baik. Setiap sudut dari bakcang mengandung harapan tertentu, yakni sudut pertama mengharapkan agar saling mencintai, sudut kedua sebagai doa agar diberi kedamaian dan kesejahteraan, sudut ketiga menyimbolkan harapan akan kelancaran rezeki, dan sudut keempat mengandung doa untuk keberhasilan dalam usaha serta karier.(3)
Sejarah Peh Cun atau Hari Bakcang
Sejarah Peh Cun atau pun Hari Bakcang ini merujuk pada kisah Qu Yuan, seorang pejabat yang jujur dan setia. Qu Yuan adalah seorang menteri di negara Chu, pada era Warring States Period.(2)
Sebagai pejabat yang setia pada negaranya, dia menyuarakan ide yang dimilikinya yaitu menyatukan negara Chu dan Qi untuk melawan negara Qin. Namun, Qu Yuan malah dituduh berkhianat dan diusir dari negara Chu oleh keluarga raja yang tidak senang dengannya.(4)
Selama masa pengasingan, Qu Yuan mengisi waktunya dengan menulis puisi dan juga berkelana ke desa-desa. Meski begitu, Qu Yuan terus merasa sedih atas pengasingan tersebut hingga membuatnya semakin terpuruk.
Qu Yuan yang merasa raja tidak menghargai kesetiaannya selama ini dan mengetahui negara Qin berhasil mengalahkan negara Chu, akhirnya memilih mengakhiri hidupnya. Dia menenggelamkan dirinya dengan sebongkah batu besar di Sungai Miluo.
Para nelayan pun berusaha mencari Qu Yuan dengan menyusuri sungai tersebut menggunakan perahu karena dalam kepercayaannya, sang naga akan membantu menemukannya. Mereka juga melempar bakcang ke sungai agar tubuh Qu Yuan tidak dimakan hewan dan juga dianggap untuk membuang sial.
Hari pada saat Qu Yuan menenggelamkan dirinya ke dasar sungai terjadi pada tanggal lima bulan lima berdasarkan Kalender China. Untuk menghormati patriotisme Qu Yuan, masyarakat Tionghoa pun menjadikan tradisi Peh Cun sebagai bentuk penebusan dosa.(2)
Selain itu, masyarakat Tionghoa juga melemparkan bakcang ke dalam sungai setiap tahunnya pada hari wafatnya menteri Qu Yuan.(4)
Tradisi Perayaan Hari Bakcang
Ada sejumlah tradisi yang dilakukan masyarakat Tionghoa dalam memperingati Hari Bakcang atau Peh Cun. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan selengkapnya:
1. Makan Bakcang
Sesuai namanya, bakcang merupakan hidangan khas pada perayaan Hari Bakcang atau Peh Cun. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bakcang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tionghoa.
Selain itu, bakcang juga memiliki filosofi dari bentuknya yang mirip dengan piramida. Di mana sudut puncaknya melambangkan Tuhan, sementara tiga sudut di bawah menggambarkan unsur alam yakni air, bumi, dan udara.
Posisi bakcang yang menjulang ke atas memiliki arti yang mengarah pada keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sementara manusia berada di tengah-tengah bagian piramida tersebut.
Namun, saat ini bakcang telah memiliki bentuk yang bervariasi.
2. Lomba Perahu Naga
Lomba mendayung perahu naga menjadi salah satu tradisi perayaan Peh Cun. Perahu ini sejatinya dihias dengan motif kepala naga pada bagian depannya dan motif ekor naga pada bagian belakang perahu.
Kemeriahan dalam perayaan Peh Cun dimaknai sebagai bentuk penghormatan terhadap pengorbanan dan jasa Qu Yuan, sekaligus sebagai upaya pelestarian tradisi oleh masyarakat setempat yang terus dijalankan hingga kini. Adapun tim yang berhasil memenangkan perlombaan ini diyakini akan memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan di tahun mendatang.(2)
3. Mandi Tengah Hari
Tradisi mandi di tengah hari saat perayaan Hari Bakcang atau Peh Cun umumnya dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari daerah Fujian, Guangdong, dan Taiwan. Pada saat puncak perayaan, mereka biasanya mengambil dan menyimpan air yang dipercaya memiliki khasiat penyembuhan. Air tersebut diyakini dapat menyembuhkan penyakit jika direbus untuk diminum atau digunakan untuk mandi.
4. Menggantung Dedaunan
Perayaan Bakcang atau Peh Cun biasanya berlangsung saat musim panas yang dipercaya sebagai bulan yang rawan penyakit. Oleh karena itu, terdapat kepercayaan bahwa menggantung rumput Ai dan changpu di depan rumah bisa menangkal dan mencegah datangnya penyakit.(3)
Beragam dedaunan lainnya yang biasa digantung oleh masyarakat Tionghoa di kusen pintu utama adalah daun sudamala, deringo, padi muda, daun beringin, dan sebuah kue bacang yang diikat dengan benang merah. Dedaunan ini diyakini dapat mengusir hewan berbisa dan siluman yang dapat mengganggu ketenangan hidup manusia.
6. Ritual Toan Yang
Pada hari ini, masyarakat Tionghoa akan mengadakan ritual sembahyang 'eling' kepada Tuhan atau Toan Yang. Pelaksanaan ritual ini bertujuan untuk mengingatkan manusia agar selalu ingat dengan kekuasaan Tuhan.
Tong Yang ini pun sebagai bentuk permohonan manusia kepada Tuhan agar diberikan kekuatan dan keselamatan dalam menghadapi cobaan hidup. Ritual Tong Yang ini dilakukan di Klenteng Boen Tek Bio dan di rumah masing-masing dengan berbagai persembahan.
7. Mendirikan Telur di Tengah Hari
Selain itu, masyarakat Tionghoa juga melakukan tradisi memposisikan telur berdiri tegak pada tengah hari sekitar pukul 12.00. Mereka percaya jika telur bisa berdiri tegak pada salah satu sisinya karena ada kekuatan tarik-menarik antara Matahari dan Bumi.
8. Menjemur Koleksi Kain dan Buku
Ada keyakinan jika baju, kain, maupun buku yang dijemur pada waktu perayaan Peh Cun tidak akan mudah dimakan rayap. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa yang melakukan hal tersebut.(5)
Itulah informasi mengenai Hari Bakcang atau Festival Perahu Naga (Peh Cun) 2025. Semoga bermanfaat ya, detikers!
Referensi:
1. Buku Perayaan Tionghoa di Indonesia oleh Alex, Silvia, dan Wahyudi.
2. Jurnal Universitas Kristen Maranatha: Pemaknaan Tradisi Peh Cun di Indonesia: Visualisasi dalam Koleksi Ready-to-Wear Deluxe bagi Generasi Muda dengan Gaya Hidup Urban.
3. Laman BINUS University berjudul "Asal Usul dan Makna Tradisi Bakcang (Peh Cun).
4. Buku Ensiklopedia Adat Istiadat dan Tradisi Tionghoa-Indonesia oleh John Souw.
5. Jurnal Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung: Festival Peh Cun: Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota Tangerang.
(edr/alk)