Upacara 3 dan 6 Bulanan Bayi di Bali: Makna, Tujuan, Sarana, dan Prosesi

Upacara 3 dan 6 Bulanan Bayi di Bali: Makna, Tujuan, Sarana, dan Prosesi

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Rabu, 29 Mar 2023 07:22 WIB
Upacara otonan untuk bayi di Bali. (PHDI)
Foto: Upacara otonan untuk bayi di Bali. (PHDI)
Denpasar -

Umat Hindu di Bali percaya sejak lahir manusia telah membawa hutang (rna). Rna tersebut dibayarkan dengan melaksanakan Panca Yadnya.

Yadnya adalah korban suci atau persembahan yang tulus ikhlas, terdiri dari Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Manusa Yadnya. Salah satu Yadnya yang dilaksanakan dari saat baru terbentuknya benih manusia di dalam kandungan hingga akhirnya dewasa, yaitu Manusa Yadnya.

3 bulanan dan 6 bulanan merupakan salah dua dari pelaksanaan Manusa Yadnya. Berikut merupakan ulasan lebih lengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Bulanan (Nelu Bulanin)

Upacara Nelu Bulanin merupakan upacara yang dilaksanakan ketika bayi telah berusia tiga bulan dalam penanggalan kalender Bali, yaitu pada 105 hari setelah kelahiran. Saat menginjak usia tersebut, panca indra bayi sudah aktif.

Aktifnya panca indra tersebut ke depannya bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada kesucian atman yang menjiwainya. Sehingga, pelaksanaan Nelu Bulanin ini memiliki beberapa makna dan tujuan tersendiri.
Makna

ADVERTISEMENT

Upacara Nelu Bulanin memiliki makna sebagai penyambutan dari kehadiran Sang Hyang Atma di dunia. Nelu Bulanin bermakna juga sebagai penyambutan kemunculan unsur Panca Maha Butha dari segala penjuru yang memperkuat fisik serta kejiwaan bayi diikuti dengan pelepasan pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh Sang Catur Sanak

Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Nelu Bulanin yaitu membersihkan atau penyucian bayi. Dari kelahirannya, dipercaya bayi masih dalam keadaan kotor (cuntaka).
Sehingga, perlu melaksanakan upacaraNeluBulanin untuk penyucian karena Panca Indra bayi yang sudah aktif itu berpengaruh pada kesucian atma yang menjiwai si bayi.

Sarana

Sarana yang diperlukan dalam upacara Nelu Bulanin terdiri dari banten penglepas awon/pebyakaonan, banten penyambutan, prayascita, peras seda, pejati, jejanganan, banten kumara, tataban, dan banten tebasan pangambyean.

Prosesi

Pelaksanaan Nelu Bulanin terdiri dari beberapa rangkaian, urutan dari pelaksanaan Nelu Bulanin adalah sebagai berikut:

  1. Ayah dan ibu si bayi mebeakala, hal itu bertujuan untuk menghilangkan cuntaka karena melahirkan
  2. Nyama bajang dan kandapat yang merupakan penjaga bayi sejak dalam kandungan sampai kelahiran "diundang" untuk dihaturkan sesajen sebagai ucapan terima kasih. Tattwa yang sebenarnya sebagai wujud syukur terhadap Sang Hyang Widhi
  3. Si bayi kemudian melakukan natab banten bajang colong, artinya menerima lungsuran (prasadam) dari kanda pat (kakak si bayi) atau dikenal dengan plasenta: ari-ari, getih, lamas, dan yeh nyom
  4. Dilanjutkan dengan mepetik, yaitu potong rambut. Hal itu bertujuan untuk membuang kotoran yang dibawa sejak lahir
  5. Kemudian si bayi mapag rare, yaitu disambut kelahirannya di sanggah/merajan, diberi nama, dan menginjakkan kaki pertama kalinya di tanah/ibu pertiwi di depan sanggah kemulan
  6. Si bayi menerima lungsuran Hyang Kumara yang merupakan manifestasi Hyang Widhi
  7. Terakhir, si bayimejaya-jaya darisulinggih, yaitu disucikan oleh seorang pendeta

6 Bulanan (Otonan)

Upacara Otonan adalah upacara yang mulai dilaksanakan ketika bayi telah berusia enam bulan menurut penanggalan kalender Bali. Otonan dilaksanakan setiap 210 hari sekali (pancawara, saptawara, dan wuku yang sama).

Otonan terus dilaksanakan hingga akhirnya manusia meninggal dunia. Dalam kata lain, Otonan dapat dikatakan sebagai hari kelahiran manusia. Sebagai upacara yang bersifat kontinuitas, Otonan memiliki makna dan tujuan yang perlu dipahami. Berikut merupakan penjelasannya.

Makna

Upacara Otonan memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur manusia kepada Sang Hyang Widhi atas berkah dan rahmat yang dikaruniai-Nya selama kehidupan manusia.

Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan upacara Otonan agar segala keburukan dan kesalahan yang dibawa manusia sejak lahir dan selama masa hidupnya terdahulu bisa dikurangi atau ditebus. Jadi, Otonan dipercaya sebagai upacara membersihkan diri dari segala mala.

Sarana

PelaksanaanOtonan memerlukan beberapa sarana, yaituprayascita,parurubayan,jejanganan,tataban, peras, lis,bantenpesaksi ke bale agung (ajuman), sajen turun tanah, dan sajenkumara. Sarana tersebut untukOtonan bersifat kecil, kemudian untukotonan yang lebih besar perlu ditambah satu sarana lagi, yaitugembalbebangkit.

Prosesi

  1. Pelaksanaan Otonan terdiri dari beberapa rangkaian, urutan dari pelaksanaan Otonan adalah sebagai berikut:
  2. Pandita/Pinandita selaku pemimpin upacara melakukan pemujaan untuk memohon kesaksian terhadap Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasinya. Dilanjutkan dengan pemujaan terhadap Siwa Raditya (Suryastawa)
  3. Kemudian, dilakukan penghormatan terhadap leluhur
  4. Selanjutnya, dilaksanakan potong rambut (hanya untuk otonan pertama kali)
  5. Dilanjutkan dengan pemujaan saat pawetonan dan melakukan persembahyangan.

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads