Tolak Bala! Tradisi Siat Sambuk Saat Pengerupukan

Tabanan

Tolak Bala! Tradisi Siat Sambuk Saat Pengerupukan

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Jumat, 17 Mar 2023 23:29 WIB
Tradisi Siat Sambuk Saat Pengerupukan di Pohgending, Tabanan.
Tradisi Siat Sambuk Saat Pengerupukan di Pohgending, Tabanan. Foto: Pemkab Tabanan
Tabanan -

Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki tradisi Siat Sambuk pada malam Pengerupukan atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi. Tradisi ini digelar pada waktu sandikala atau sebelum matahari tenggelam.

Tradisi yang mempertemukan dua kelompok yang berperang menggunakan senjata sambuk atau serabut kelapa yang dibakar. Tradisi Siat Sambuk dipercaya sebagai penolak bala dan meminimalisir hal-hal negatif di lingkungan desa.

Dilansir dari laman infowisata.tabanankab.go.id, sejak tahun 1995 tradisi Siat Sambuk menerapkan strategi perang modern. Terdapat pasukan serbu yang bertugas melempar lawan, dan pasukan logistik yang bertugas membawa sambuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasukan Siat Sambuk juga dibagi menjadi dua, yaitu Wong Kaja (kelompok utara) dan Wong Kelod (kelompok selatan). Mereka telah menyiapkan amunisi sambuk dan bara api untuk berperang.

Dengan diiringi gambelan bale ganjur, para pasukan saling melempar sambuk yang terbakar. Uniknya, tidak pernah ada yang terluka saat ritual ini. Setelah tradisi pun mereka berkumpul di pertigaan desa untuk nunas tirta, lalu saling menjabat tangan dan tidak membawa dendam.

ADVERTISEMENT

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads