Rayakan Pagerwesi, Warga Buleleng Munjung ke Setra

Rayakan Pagerwesi, Warga Buleleng Munjung ke Setra

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Rabu, 26 Okt 2022 12:41 WIB
Krama di Desa Adat Buleleng melakukan tradisi munjung saat Hari Raya Pagerwesi, Rabu (26/10/2022).
Krama di Desa Adat Buleleng melakukan tradisi munjung saat Hari Raya Pagerwesi, Rabu (26/10/2022). (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Umat Hindu di Kabupaten Buleleng merayakan Hari Raya Pagerwesi, Rabu (26/10/2022). Selain persembahyangan, salah satu tradisi yang dilaksanakan saat Pagerwesi adalah munjung atau ziarah ke makam sanak keluarga di setra (kuburan) setempat.

Seperti terlihat di Setra Desa Adat Buleleng. Puluhan krama memadati areal setra sejak pagi dengan membawa sesajen bernama banten punjung.

Kelian Desa Adat Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan tradisi munjung sudah dilaksanakan oleh krama di Desa Adat Buleleng secara turun-temurun. Tradisi ini bertujuan untuk mendoakan sanak keluarga yang sudah meninggal, namun belum di-aben.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Munjung itu mempunyai makna untuk berbagi rezeki kepada orang-orang yang mendahului kita, dalam bentuk banten punjung," kata Sutrisna saat ditemui detikBali, Rabu (26/10/2022).

Sebelum melakukan tradisi munjung, krama mengawalinya dengan melakukan persembahyangan di sanggah atau pura keluarga. Persembahyangan kemudian dilanjutkan di pura dadia, lalu di Pura Dalem Desa Adat Buleleng.

Sutrisna menjelaskan, banten punjung umumnya merupakan sesajen yang berisi nasi kuning, buah, dan aneka lauk pauk. Setelah dihaturkan, banten punjung itu selanjutnya disantap oleh keluarga yang menghaturkan di areal kuburan.

Tak jarang, warga yang munjung membawa makanan lebih banyak agar dapat dibagi-bagi dengan anggota keluarga lainnya setelah menghaturkan banten punjung.

"Munjungnya itu apabila sudah dipersembahkan, kita makan bersama, makan bersama di kuburan. Kadang-kadang ada yang membawa persiapan lain lagi supaya dapat (makan) semuanya," jelasnya.

Perayaan Pagerwesi di Buleleng memang lebih semarak dibandingkan daerah lainnya di Bali. Bahkan, ada yang menyebut bahwa Pagerwesi adalah Galungan-nya orang Buleleng. Tak jarang, orang-orang Buleleng yang berada di rantauan memilih pulang kampung untuk bisa merayakan Pagerwesi. Sebagaimana Galungan, Pagerwesi dalam tradisi keberagamaan Hindu di Bali juga termasuk rerahinan gumi.

Dilansir dari laman resmi PHDI, Pagerwesi menurut Hindu Bali merupakan hari untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Parameṣṭi Guru atau Guru yang Maha Agung. Istilah Pagerwesi sering didefinisikan sebagai pagar dari besi.

Secara filosofis, Pagerwesi dianggap sebagai hari untuk memagari diri atau magehang awak dalam bahasa Bali. Pagerwesi juga merupakan rangkaian dari Hari Raya Saraswati. Kaweruhan atau ilmu pengetahuan yang diturunkan saat Saraswati itulah yang menjadi 'pagar besi' untuk mencapai tujuan hidup.




(iws/hsa)

Hide Ads