Soma Ribek di Bali dan Seputar Pantangan Menjual Beras-Tidur Siang

Soma Ribek di Bali dan Seputar Pantangan Menjual Beras-Tidur Siang

Tim detikBali - detikBali
Senin, 24 Okt 2022 07:58 WIB
Umat Hindu di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, menunaikan ibadah Tawur Agung dengan penuh khidmat. Ini foto-fotonya!
Ilustrasi - Ada pantangan untuk menjual beras hingga tidak boleh tidur siang saat Soma Ribek. Bagaimana penjelasannya? (Foto: Pradita Utama)
Denpasar -

Umat Hindu di Bali merayakan rahina Soma Ribek, Senin (24/10/2022). Soma Ribek masih merupakan rangkaian Hari Raya Saraswati yang diperingati setiap hari Senin atau soma pon wuku sinta.

Ada beberapa cerita yang berkembang di masyarakat Bali terkait Soma Ribek. Termasuk pantangan untuk menjual beras hingga tidak boleh tidur siang saat Soma Ribek. Bagaimana penjelasannya?

Soma Ribek diperingati dua hari setelah Saraswati atau sehari setelah Banyu Pinaruh. Setelah ilmu pengetahuan diturunkan saat Saraswati prosesi dilanjutkan dengan pembersihan diri atau penyucian pikiran saat Banyu Pinaruh. Setelah itu, tibalah rahina Soma Ribek yang dimaknai sebagai hari penuh karunia atau amertha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari laman resmi PHDI, Soma Ribek menjadi pengingat agar ilmu pengetahuan digunakan dengan bijak, sesuai dharma untuk kemakmuran. Saat Soma Ribek, umat Hindu di Bali memuja Sang Hyang Sri Amrta yang bersemayam di Lumbung.

Beberapa daerah di Bali memiliki tradisi saat Soma Ribek dengan melaksanakan prosesi widhi widhana. Hal itu sebagai bentuk selamatan atau penghormatan terhadap beras di pulu dan padi di lumbung. Prosesi itu sekaligus mengadakan pemujaan terhadap Dewi Sri yang telah memberi kesuburan.

ADVERTISEMENT

Soma Ribek juga kerap disandingkan sebagai hari pangan bagi umat Hindu di Bali. Hal ihwal tentang Soma Ribek juga tertulis dalam Lontar Sundarigama, di antaranya:

"ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngastuti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tatwa adnyana, aje aturu ring rahinane."

Artinya, orang-orang tidak diperkenankan menumbuk padi maupun menjual beras saat Soma Ribek. Sebab, hari itu merupakan hari pemujaan terhadap Dewi Sri sehingga aktivitas pertanian dihentikan sejenak.

Ada pula cerita yang berkembang di masyarakat Bali bahwa pada saat Soma Ribek tidak diperkenankan untuk tidur siang hari. Sebab, pada siang hari itu Sang Hyang Pramesti Guru tengah melakukan yoga.

Untuk menghormati-Nya, maka umat diharapkan untuk melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Tri Pramana saat Soma Ribek. Secara filosofis, Soma Ribek menjadi momentum untuk mempelajari atau memetik sari tatwa adnyana, yaitu inti sari dari ajaran kebenaran.

Rahajeng Soma Ribek!




(iws/hsa)

Hide Ads