Tradisi Metimpug Uleng, Krama Seraya Berjalan di Bawah 9 Kendi Air

Tradisi Metimpug Uleng, Krama Seraya Berjalan di Bawah 9 Kendi Air

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Jumat, 07 Okt 2022 13:39 WIB
Masyarakat Desa Adat Seraya saat melakukan tradisi metimpug uleng, Jumat (7/10/2022).
Masyarakat Desa Adat Seraya saat melakukan tradisi metimpug uleng, Jumat (7/10/2022).(I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Karangasem -

Krama (warga) Desa Adat Seraya, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem, menggelar tradisi metimpug uleng, Jumat (7/10/2022). Satu per satu warga berjalan di bawah 9 kendi berisi air suci. Tradisi ini sekaligus menyambut upacara Usaba Kaja yang puncaknya digelar saat Purnama Sasih Kapat.

Bendesa Desa Adat Seraya I Made Salin menjelaskan, tradisi metimpug uleng merupakan salah satu ritual pembersihan diri agar krama bisa ngayah dengan penuh kedamaian. Tradisi ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali, tepatnya 4 hari sebelum Purnama Kapat.

"Jika tubuh kita sudah bersih, saat melakukan ngayah melasti dan yang lainnya dalam serangkaian Usaba Kaja jiwa kita akan tenang, tentram dan damai. Sehingga dudonan (rangkaian) upacara bisa berjalan dengan lancar," tutur Made Salin saat ditemui di Pura Yeh Inem, Desa Adat Seraya, Jumat (7/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosesi metimpug uleng diawali dengan pembersihan terhadap jempana atau tempat Ida Bhatara di Campuan Tibu Lantang. Jempana itu nantinya akan digunakan saat melasti ke Segara Pejongan.

"Setelah jempana itu bersih, baru manusianya yang dibersihkan melalui tradisi metimpug uleng," imbuh Salin.

Ketika metimpug uleng dimulai, krama atau warga akan berjalan di bawah 9 buah kendi berisi air suci secara bergantian. Hal itu dilakukan sebanyak 3 kali. Prosesi itu diawali oleh Jro Mangku, para pengelingsir atau tetua, serati atau tukang banten, kemudian dilanjutkan oleh warga lainnya.

Setelah itu, krama berjalan menuju beji atau sumber mata air untuk kembali melakukan pembersihan. Tradisi metimpug uleng diakhiri dengan mempersembahkan banten pejati ke Pura Puseh.

"Ngaturang banten pejati tersebut artinya krama Desa Adat Seraya sudah selesai melaksanakan tradisi metimpug uleng dan siap untuk ngayah dalam serangkaian Usaba Kaja. Siangnya akan dilaksanakan melasti dari Pura Puseh menuju Segara Pejongan dengan berjalan kaki," imbuhnya.




(iws/nor)

Hide Ads