Kelahiran Tumpek Wayang Wajib Mebayuh Oton-Sapuh Leger, Simak Maknanya

Kelahiran Tumpek Wayang Wajib Mebayuh Oton-Sapuh Leger, Simak Maknanya

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Sabtu, 01 Okt 2022 05:58 WIB
Simak jadwal Pesta Kesenian Bali (PKB) edisi Senin 4 Juli 2022. Masih ada beberapa pertunjukan, antara lain Gong Suling Inovatif dan Wayang Kulit Calonarang.
Ilustrasi (Foto: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)
Karangasem -

Umat Hindu di Bali merayakan hari suci Tumpek Wayang hari ini, Sabtu (1/10/2022). Tumpek Wayang dilaksanakan setiap 210 hari atau pada Saniscara Kliwon Wuku Wayang berdasarkan perhitungan kalender Bali.

Menurut tradisi, orang Bali yang lahir saat Tumpek Wayang diwajibkan untuk melaksanakan prosesi mebayuh oton hingga sapuh leger saat Tumpek Wayang. Tradisi ini berkaitan dengan kisah Dewa Kumara yang hendak dimangsa oleh Bhatara Kala. Lantas, apa makna bayuh oton tersebut?

Ida Pedanda Gede Made Bajing menjelaskan, orang yang disarankan untuk melaksanakan upacara mebayuh oton maupun sapuh leger adalah mereka yang lahir tepat saat hari Saniscara Kliwon. Namun, banyak masyarakat yang menganggap bahwa semua orang yang lahir pada Wuku Wayang harus melakukan bayuh oton dan sapuh leger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ida Pedanda, mereka yang lahir dari hari Minggu-Jumat saat wuku Wayang sebenarnya tidak perlu melakukan upacara tersebut.

"Ini yang sering terjadi di masyarakat, setiap yang lahir wuku wayang pasti ikut upacara sapuh leger. Sebenarnya, yang harus diupacarai bayuh oton maupun sapuh leger adalah mereka yang lahir tepat saat Tumpek Wayang saja," kata Ida Pedanda Bajing saat ditemui di Griya Gunung, Karangasem, Jumat (30/9/2022).

Ida Pedanda menambahkan, mereka yang lahir tepat saat Tumpek Wayang pun sebenarnya tidak diharuskan melaksanakan upacara sapuh leger. Menurut Ida Pedanda, melaksanakan upacara mebayuh oton saja sudah cukup. Namun jika umat mampu melaksanakan upacara sapuh leger, itu akan lebih baik lagi.

"Jadi siapapun yang lahir pada saat hari itu wajib melakukan upacara bayuh oton maupun sapuh leger," imbuh Ida Pedanda.

Adapun banten yang digunakan saat upacara bayuh oton bagi yang lahir saat Tumpek Wayang antara lain banten pratista, durmengala, biokala dan pejati. Bisa juga ditambah beberapa sesayut seperti sayut dirgayusa, sayut pageh tuwuh, dan yang lainnya. Bebantenan atau suguhan yang ditujukan kepada Sang Kala itulah yang dipercaya dapat melindungi mereka yang lahir saat Tumpek Wayang.

Ida Pedanda juga menyinggung soal sifat umum orang kelahiran Tumpek Wayang yang cenderung lebih keras. Ada pula keyakinan yang berkembang bahwa sebelum melaksanakan upacara bayuh oton maupun sapuh leger, biasanya orang tersebut sering linglung dan kurang tenang. Hal itu disebabkan karena mereka berada dalam bayang-bayang Sang Kala.

"Jika tidak melaksanakan upacara bayuh oton maupun sapuh leger orang yang lahir saat Tumpek Wayang akan sering terkena musibah seperti sering sakit, sering dapat masalah bahkan sifatnya sering marah-marah tidak jelas. Jadi harus melaksanakan minimal upacara bayuh oton maupun sapuh leger supaya seseorang yang lahir saat itu hidupnya bisa lebih tenang dan umurnya panjang," kata Ida Pedanda Bajing.

Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, ada pula tradisi lain yang dilakukan sebelum Tumpek Wayang yaitu Jumat atau Sukra Wayang. Hari ini disebut hari ala paksa atau pemagpag pala. Hari itu dianggap sebagai hari paling angker atau cemer alias kotor karena kekuatan negatif turun dan hadir dalam kehidupan manusia.




(iws/nor)

Hide Ads