Pernahkah Anda mengamati jemuran orang Bali? Umat Hindu di Bali umumnya tidak boleh menjemur pakaian terlalu tinggi. Terlebih jika tinggi melebihi kepala. Maksimal tinggi jemuran orang Bali adalah setinggi dada manusia. Apa alasannya?
Sebelum itu, perlu diketahui bahwa orang Bali menganggap kepala sebagai bagian tubuh yang suci. Sementara pakaian, terlebih yang sudah pernah dipakai tetap dianggap kotor meski sudah dicuci. Saat mencuci pun, biasanya pakaian yang digunakan di bagian atas (baju, udeng) akan dipisahkan dengan pakaian bawahan seperti celana, kamen, dan lainnya.
"Maksimal jika kita sebagai umat Hindu saat menjemur pakaian itu sedada, lebih dari itu tidak boleh karena kita harus percaya bahwa kepala merupakan areal yang suci," kata Ida Pedanda Gede Made Bajing dari Griya Gunung, Karangasem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Susunan pakaian yang dijemur juga diperhatikan. Baju dan udeng (ikat kepala laki-laki Hindu) biasanya dijemur paling atas di tempat jemuran. Berikutnya barulah disusul celana dan dalaman yang diletakkan pada bagian jemuran paling bawah.
Tak hanya itu, menaruh jemuran juga tidak boleh sembarangan. Jemuran sebaiknya tidak ditaruh di tengah halaman atau di depan pintu masuk rumah. Jemuran dapat ditaruh agak ke pojok dan sedikit tertutup.
Berikutnya, orang Bali juga memiliki pantangan untuk tidak berada di bawah jemuran. Ida Pedanda juga mengatakan jika menjemur pakaian melebihi kepala bahkan lewat di bawahnya, maka yang bersangkutan akan lebih sering mengalami sakit kepala.
"Biasanya di pedesaan itu sering menjemur pakaian menggunakan tali yang dibentangkan dan anak-anak sering lewat di bawahnya. Seharusnya itu tidak boleh, orang tua harus mengawasi anaknya," kata Ida Pedanda.
Ida Pedanda menambahkan, di setiap pekarangan atau areal rumah milik umat Hindu, selalu ada pelinggih. Itulah sebabnya, kesucian pelinggih harus dijaga dan menjemur pakaian kotor terlalu tinggi menjadi tidak etis.
"Jika seandainya kita menjemur pakaian melebihi kepala tentu tidak etis rasanya melebihi pelinggih Penugun Karang yang merupakan penjaga kita," kata Ida Pedanda.
(iws/iws)