Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, tak hanya menjadi favorit bagi para pendaki. Gunung Agung juga merupakan salah satu tempat yang disakralkan oleh orang Hindu Bali. Sejumlah mitos terkait keberadaan Gunung Agung pun berkembang di masyarakat.
Jro Mangku Gede Umbara (60) salah satu pemangku di Pura Pasar Agung menjelaskan kisah-kisah yang dianggap mitos itu. Jro Mangku mengatakan dirinya tidak berani menyebut cerita yang berkembang itu sebagai mitos. Menurutnya, sudah banyak bukti ketika mitos tersebut dilanggar, orang bersangkutan akan menemui bahaya.
Salah satu mitos itu adalah tidak boleh membawa daging sapi atau babi saat melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung. Berdasarkan penuturan orang tuanya terdahulu, Jro Mangku mengatakan sapi atau lembu adalah binatang yang disucikan dalam kepercayaan Hindu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sapi dianggap suci, jadi tidak diperbolehkan membawa daging sapi ke puncak Gunung Agung. Jika itu dilanggar, maka akan menemui kendala maupun bahaya saat melakukan pendakian," kata Jro Mangku, Minggu (28/8/2022).
![]() |
Jro Mangku kemudian menceritakan beberapa kisah yang dialami pendaki Gunung Agung yang pernah dia dengar. Salah satunya adalah cerita pendaki yang bertemu sapi hitam saat melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung.
Selain itu, para pendaki juga tidak diperkenankan untuk membawa peralatan emas ke puncak Gunung Agung. Sebab, gunung dalam alam niskala disimbolkan sebagai emas. Jika ada pendaki yang membawa emas saat menjajal Gunung Agung, maka energinya akan menjadi lebih besar.
"Jika kita lantas membawa emas maka akan menimbulkan bahaya dan itu juga sudah banyak terjadi kefatalan. Saat mendaki bisa datang angin kencang, terpeleset, bahkan ada yang sampai meninggal," kata Jro Mangku.
Halaman berikutnya: Hari Baik Mendaki Gunung Agung...
Hari Baik Mendaki Gunung Agung
Jro Mangku kemudian menjelaskan hari baik untuk melakukan pendakian ke Gunung Agung. Ada beberapa hari tertentu yang tidak boleh dilakukan pendakian, misalnya saat Sabtu Kliwon atau Tumpek, Rabu Wage, Selasa Kliwon.
Menurut Jro Mangku, hari-hari tersebut merupakan payogaan Ida Bhatara di Gunung Agung. Saat hari-hari itu di Gunung Agung bisa tiba-tiba terjadi gelap, kadang juga terjadi angin berhembus sangat kencang dan yang lainnya.
Selain itu, jika melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung, setelah melewati Pura Tirta Mas tidak diperbolehkan untuk menekan lutut. Jika itu dilakukan, dipercaya orang tersebut tidak akan pernah bisa mencapai puncak.
Saat piodalan di Pura Pasar Agung, dari mulai nyejer atau Ida Bhatara melinggih juga tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas pendakian. Jika itu dilanggar, maka akan dilakukan peringatan atau teguran. Bisanya Ida Bhatara nyejer selama 11 hari lamanya sampai dilakukan penyineban.
"Saat piodalan di Pura Pasar Agung pernah ada pendaki yang melanggar sehingga terjadilah kefatalan ada yang jatuh, sakit bahkan ada yang sampai patah. Sehingga kita harus percaya dengan keajaiban itu dan pendaki harus taat akan aturan," kata Jro Mangku.
Terkait larangan-larangan tersebut, pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan para pemandu gunung di Kabupaten Karangasem. Hanya saja, Jro Mangku menyebut selama ini banyak pendaki yang tidak menggunakan jasa pemandu sehingga larangan-larangan tersebut sering dilanggar.
"Balik lagi ke kesadaran masing-masing karena kita harus percaya setiap gunung memiliki kesakralan masing-masing. Taati semua peraturan yang ada sehingga saat melakukan pendakian bisa sampai ke puncak dengan selamat," kata Jro Mangku.
Simak Video "Video: Penampakan Kebakaran Pabrik Air Minum di Karangasem Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)