Al-Qur'an Kuno Masjid Jami Ditulis Keturunan Raja Buleleng

Al-Qur'an Kuno Masjid Jami Ditulis Keturunan Raja Buleleng

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Minggu, 31 Jul 2022 17:51 WIB
Al-Quran kuno tahun 1820 yang ditulis tangan keturunan Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi.
Al-Qur'an kuno tahun 1820 yang ditulis tangan keturunan Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi. Foto: Made Wijaya Kusuma
Buleleng -

Selain dikenal dengan arsitektur perpaduan budaya Bali dan Islam, Masjid Jami Singaraja, Buleleng, Bali, juga dikenal memiliki satu peninggalan sejarah yang melambangkan toleransi. Itu tertuang dalam sebuah Al-Qur'an kuno yang dipercaya ditulis salah seorang keturunan Kerajaan Buleleng.

Al-Qur'an berusia ratusan tahun itu, ditulis tangan oleh I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi, salah seorang keturunan Raja Buleleng pertama, I Gusti Anglurah Ki Barak Panji Sakti, yang memutuskan menjadi seorang mualaf dan memeluk agama islam. Al-Qur'an ini ditulis sekitar tahun 1820.

Pengurus Masjid sekaligus Seksi Budaya dan Sejarah di Masjid Jami Singaraja, Lalu Ibrahim (34), mengungkapkan keberadaan kitab suci Al-Qur'an tersebut tidak bisa terlepas dari perjalanan sejarah Kerajaan Buleleng awal abad ke-18. Diceritakan, saat itu terjadi kekosongan kekuasaan yang akhirnya menyebabkan perebutan kekuasaan antara para pangeran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat perebutan kekuasaan tersebut, keluarga kerajaan saat itu mengalami perang saudara. Di mana salah satunya, yakni I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi, memilih melarikan diri ke kawasan Masjid Keramat, Kampung Kajanan. Saat itu I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi masih berusia lima tahun.

"Waktu itu ada perang saudara di puri, perebutan tahta. Jadi kocar-kacir semua. Salah satunya yang umur lima tahun ini lari dia ke sini, ke Masjid Keramat. Diselamatkan lah sama warga di sana, diangkat sama sepuh agama di sini, imam pertama di Buleleng, yakni Syekh Muhammad Yusuf dari Makassar. Jadi dia diangkat sebagai anak," kata Lalu Ibrahim, saat ditemui detikBali, Minggu (31/7/2022).

ADVERTISEMENT

Setelah memeluk agama islam, I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi diajari ilmu agama oleh ayah angkatnya, yakni Syekh Muhammad Yusuf. Kebetulan ayah angkatnya merupakan seorang guru mengaji di daerah tersebut.

"Jadi dia persyaratan lulus belajar di sana harus nulis khatam Al-Qur'an, memang banyak yang bisa khatam, namun yang paling sempurna itu beliau (I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi)," katanya.

Al-Qur'an yang kini tersimpan di Masjid Agung Jami memiliki keunikan di setiap lembarnya. Sebab tidak hanya ditulis dengan huruf Arab, akan tetapi juga dipadukan dengan ukiran khas Bali, seperti Patra Timun yang dibuat dengan goresan tangan. Selain itu, bahan dasar yang digunakan juga sangat istimewa.

Di mana sampul Al-Qur'an menggunakan bahan dari kulit lembu. Sedangkan tinta yang digunakan menulis terbuat dari pepohonan yang saat itu banyak tumbuh di kawasan Masjid Keramat. Hingga saat ini Al-Qur'an tersebut tetap dijaga dan diwarisi oleh masyarakat Kampung Kajanan.

"Sekarang yang mewarisi masyarakat di sini. Keturunannya (Keturunan I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi) pun masih ada saat ini. semua pakai nama Gusti. Sering diajak ke puri," tukasnya.




(irb/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads