Kerajinan Membuat Beruk (Kelokalan Narasi Air) menjadi topik bahasan dalam acara kriyaloka (lokakarya) dalam rangkaian Pesta Kesenian BalI (PKB) ke-44. Perajin beruk asal Banjarangkan, Klungkung, I Gede Suryawan menyajikan materi kerajinan berbahan batok kelapa itu di Taman Budaya Provinsi Bali atau Art Center Denpasar, Selasa (28/6/2022).
Suryawan menyebut, beruk memiliki potensi dan nilai ekonomi lantaran telah tembus ke pasar ekspor. Tak heran, kini makin banyak pelaku akomodasi wisata di Bali yang memesan beruk dan barang kerajinan lainnya berbahan batok kelapa. Kini, beruk tak hanya digunakan sebagai tempat mengambil air, tetapi juga dimodifikasi untuk keperluan lain.
"Fungsi beruk yang utama adalah tempat untuk mengambil air. Namun, seiring berjalannya waktu, beruk dengan sejumlah modifikasi juga bisa digunakan untuk teko tempat air, tempat nunas tirta, cangkir dan sebagainya," kata Suryawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryawan menceritakan kerajinan beruk yang dibuatnya tak saja untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Sebelum pandem, pesanan juga datang dari berbagai negara seperti Polandia, Ceko, Amerika Serikar, dan Jepang. Bahkan, dalam sebulan dia bisa mengirim belasan ribu buah kerajninan dari batok kelapa tersebut.
"Kalau mancanegara, mayoritas meminati yang berbentuk mangkok, pengirimannya sekitar 12.000-15.000 buah perbulan," imbuhnya.
Sementara untuk pasar lokal, kerajinan beruk yang diproduksi Suryawan biasanya dipesan oleh pihak hotel dan restoran. Tak hanya kerajinan batok kelapa berbentuk beruk, tetapi juga yang berbentuk piring atau mangkok hingga tempat cuci tangan. Masyarakat Bali pun meminati beruk untuk tujuan upacara keagamaan sebagai tempat tirta.
Produk berbahan batok kelapa yang dijual Suryawan memiliki harga bervariasi dari Rp 8.000 hingga Rp 250 ribu. Hal itu tergantung bentuk, ukuran dan tingkat kerumitan, yang kisaran harganya.
"Yang paling murah itu berbentuk cangkir kopi, dan yang termahal berbentuk topeng. Kami mampu memproduksi puluhan bentuk kerajinan berbahan batok kelapa seperti untuk tempat tisu, piring, tas dan sebagainya," katanya.
Suryawan juga membagikan pengalamannya saat menggeluti kerajinan berbahan batok kelapa. Menurutnya, kerajinan beruk tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Alat-alatnya juga tergolong sederhana seperti pengupas serabut, pencungkil kelapa, amplas dan mesin dengan harga sekitar Rp 600 ribu.Mesin tersebut digunakan untuk pemotong kelapa serta pembentukan pola.
Tak hanya menghasilkan produk kerajinan berbahan batok kelapa, Suryawan juga bisa mendapatkan tambahan pendapatan dengan menjual produk olahan dari isi buah kelapa dan airnya menjadi virgin coconut oil (VCO), minyak tandusan, pepes klengis, hingga saur. Sementara sisa-sisa batok kelapa juga dapat digunakan untuk arang.
Saat ini, Suryawan berencana untuk mengembangkan produk turunan berbahan kelapa menjadi handbody dan shampo.
"Ya semoga berjalan lancar dan tidak halangan," katanya di hadapan puluhan peserta kriyaloka itu.
(iws/iws)