Rahasia Sukses Joni Agung, Musisi Reggae Bali Berprinsip Siwa Nataraja

Rahasia Sukses Joni Agung, Musisi Reggae Bali Berprinsip Siwa Nataraja

Triwidiyanti - detikBali
Jumat, 13 Mei 2022 14:55 WIB
Joni Agung
Joni Agung. (Foto: Triwidiyanti)
Denpasar -

Siapa yang tidak kenal dengan Joni Agung, pria asli Bali yang tinggal di Banjar Taman, Sanur, Denpasar Selatan ini memiliki nama asli Anak Agung Junni Antara dan merupakan musisi reggae ternama yang masih aktif di Bali

Ditemui detikBali di sela-sela kesibukannya, Jumat 13 Mei 2022 Joni nampak segar dan sehat diusianya yang akan menginjak 50 tahun pada 8 Juni 2022 mendatang.

Dengan mengenakan pakaian khas sarung Bali dan berkaos hitam, ia pun menceritakan awal mulanya terjun ke dunia reggae hingga ia masih eksis sampai sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terjun ke dunia musik reggae di tahun 1990, pria yang akrab disapa Joni Agung ini menceritakan kisahnya saat membesarkan musik bergenre reggae namun bernapaskan Bali.

Ngamen dari satu ke bar di tahun 1990 dengan menyanyikan lagu orang, ia pun akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan grup band yang sealiran dengannya bernama Double T. Kala itu menurutnya, vokalis Double T cabut dan ia pun menggantikan posisinya di tahun 2002.

ADVERTISEMENT

Meski demikian saat bergabung dengan Double T dirinya mengaku bosan dengan kondisi yang stagnan akhirnya ia mengajak para personel Double T untuk merilis album hingga terciptalah album berjudul Mebase Bali.

Namun album tersebut tidak serta merta booming pasalnya lagu yang ia buat murni reggae yang bernapas Bali dimana bahasanya menggunakan bahasa Bali.

"Saya tidak bermain reggae Jamaica, apinya memang dari Jamaica tapi kayunya dari Bali. Banyak band reggae copy paste tapi saya gak nyanyi seperti band lain. Kita reggae tapi kita tidak keluar dari roh disini. Dulu berdarah-darahlah reggea itu kan mulai boom tahun 1993,94, 95, 96, 97," ujar ayah dari dua anak yang bernama AA. Gede Agung Belusung (25 tahun) seorang musisi dan tato artis dan AA. Istri Agung Sukawati (21 tahun) yang masih mengenyam kuliah jurusan Sastra Inggris di Universitas Warmadewa.

Saat ditemui di Pantai Karang, Joni mengaku dirinya terjun ke dunia reggae semasa masih duduk di bangku SMA TP 45, Kereneng. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Universitas Warmadewa. Sayangnya ia tidak lulus skripsi dan memilih untuk mengamen.

Menurut Joni, sang ibu yang bernama AA. Oka Sulastri dan ayahnya kini menetap di Australia bernama AA. Ngurah tidak mempermasalahkannya.

Bahkan kini ia pun membebaskan putra putrinya untuk memilih keinginannya mereka. Dan tidak ikut campur terhadap masa depan anak-anaknya.

Dalam karir bermusik Joni dan grup band-nya kerap diundang untuk mengisi acara festival musik nasional semacam Soundrenalin, Synchronize Fest, bahkan ia kerap manggung ke luar daerah Bali.

Bahkan ia rela manggung dengan tidak dibayar, karena faktanya setiap ia manggung massa berjubel datang dan menikmati musiknya. Orang yang mengundangnya pun jika tidak membayarnya menurutnya tidak menjadi masalah.

Tawaran manggung di luar negeri pun berdatangan hanya saja ia menolaknya lantaran manggung di Bali saja sudah full book, ungkapnya.

Hingga Indonesia diterpa musibah pandemi selama 2 tahun, Joni membantah jika dirinya telah vakum dari dunia musik reggea.

"Kita tidak vakum, saya ini kan pregina (pelaku seni) rasanya sama aja yang penting tugas saya menghibur orang," tukasnya.

Bahkan selama masa pandemi dirinya tetap berkarya dengan manggung di acara pernikahan-pernikahan.

Tidak hanya itu, aktivitas suami dari Anak Agung Oka ini rupanya sangat padat, selain aktif dalam dunia musik reggae ia juga menjadi Penasehat di Yayasan Sosial bernama Temanmu Peduli Bangsa yang terbentuk di tahun 2021.

"Menjadi Ketua Kelompok Nelayan se-Denpasar Selatan, inipun katanya bukan aktivitas sehari-sehari melainkan aktivitas kalau mau kerja saja," ujarnya seraya tertawa.

Selain itu ia pun membuka kelas Yoga Seger Oger yang sudah tersebar di seluruh Bali, menjadi penari topeng Wali di setiap upacara keagamaan yang digelar di desanya, serta menjadi pecalang.

"Sisi positifnya ada pandemi kita jadi menari topeng kalau tidak ada pandemi mungkin kita gak ke sana bahkan sekarang ada komunitas tarinya," terangnya.

Ia pun memiliki filosofi hidup dalam hidupnya yaitu 'Siwa Nataraja' (dinamis bergerak terus).

"Dewa itu ya dewa, swam orang pertama jadi tarian Siwa seniman itu terus bergerak, berkarya terus jadi goal-nya berkarya terus bukan dengan apa yang kamu dapat," pungkasnya seraya menegaskan hal itulah yang ia bawa hingga kini.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads