Bali dikenal sebagai daerah dengan banyak tradisi unik yang masih tetap bertahan sampai sekarang. Salah satunya adalah tradisi mejaga jaga yang hingga kini masih dilaksanakan masyarakat Desa Adat Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Mejaga-jaga merupakan sebuah tradisi kuno yang dipercaya mampu untuk menetralisir roh-roh jahat. Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali tepatnya saat tilem Sasih Kedasa, atau tiga hari sebelum Usaba Pura Dalem. Tradisi mejaga-jaga menggunakan satu ekor sapi jantan yang sudah disucikan.
Sebelum hari H pelaksanaan ritual, sapi tersebut harus dikebiri terlebih dahulu sehingga warna dari sapi tersebut berubah warna dari hitam menjadi merah. Proses ini membutuhkan waktu sekitar tiga bulan lamanya. Sapi jantan itu lantas disucikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai menjalani penyucian dengan beberapa ritual, sapi tersebut diberi nama Jero Gede. Saat tilem sasih kedasa, sapi atau Jero Gede tersebut akan dibawa menuju Pura Kahyangan Tiga untuk prosesi matur piuning (mohon doa restu) supaya ritual dapat berjalan lancer tanpa hambatan.
Dalam perjalanan sapi tersebut menuju Pura Kahyangan Tiga, juga diiringi music baleganjur beserta para prajuru dan juga karma (warga) Desa Adat Gegelang. Pura Kahyangan Tiga yang dituju pertama untuk dilaksanakan matur piuning adalah Pura Puseh. Di sana, setelah dilakukan matur piuning, Jero Gede kemudian mepurwa daksina atau mengelilingi pura sebanyak tiga kali.
Baca juga: Menilik Jejak Islam di Pulau Serangan |
Jero Gede tersebut kemudian dicambuk menggunakan sabit satu kali sampai keluar darah pada bagian kaki sebelah kanan. Hal serupa juga akan dilakukan di Pura Dalem, Setelah selesai matur piuning di Pura Dalem, sapi tersebut baru kemudian dibawa menuju Pempatan Agung Desa Gegelang untuk disembelih oleh prajuru dan juga karma desa. Proses penyembelihan itu disaksikan langsung oleh masyarakat sekitar. Sapi tersebut kemudian akan digunakan sebagai caru.
"Tradisi ini sudah ada sejak jaman dahulu, dan sampai saat ini kita di Desa Adat Gegelang terus melestarikannya, karena tradisi ini dipercaya mampu untuk menetralisir roh-roh jahat supaya tidak mengganggu selama jalannya Usaba Dalem atau Usaba Emping," kata Bendesa Adat Gegelang, Jro Mangku Ketut Artha.
Dikatakan, masyarakat desa tidak pernah absen menggelar tradisi mejaga jaga. Bahkan saat Pandemi Covid-19 melanda, Desa Adat Gegelang tetap melaksanakan tradisi mejaga-jaga tersebut tapi dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Karena jika tidak dilaksanakan, takutnya akan membawa musibah terhadap masyarakat yang ada di Desa Gegelang," ujar dia.
(nke/nke)