Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan menyebut penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) alias okupansi hotel di Bali yang makin anjlok bakal menimbulkan efek domino besar. Sebab, perekonomian Bali selama ini dimotori oleh pariwisata.
"Di dalamnya ada akomodasi dan konsumsi. Kalau itu terganggu efek dominonya besar, termasuk ketenagakerjaan. Tapi, mudah-mudahan engga (terjadi), kan itu trennya memang Februari turun, lalu di Maret naik lagi dan high season itu naik," ujar Agus dalam rilis di kantornya, Selasa (8/4/2025).
Berdasarkan data BPS, jumlah pengangguran di Bali pada 2024 sebanyak 48.676 orang. Dari seluruh kabupaten kota di Bali, Buleleng menjadi kabupaten dengan jumlah pengangguran terbanyak, yakni 10.408 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, BPS mencatat TPK hotel pada Februari 2025 sebesar 51,62 persen. Secara bulan ke bulan atau Februari 2025 dibandingkan Januari 2025 terjadi penurunan sebesar 8,66 persen.
Penurunan juga terjadi secara tahun ke tahun atau Februari 2025 dibandingkan Februari 2024, yaitu 3,65 persen. Agus mengatakan TPK hotel bintang tertinggi terjadi di hotel bintang satu sebesar 58,67 persen.
"TPK hotel bintang terendah, yaitu hotel bintang lima sebesar 48,59 persen," ujar dia.
Kemudian, TPK hotel nonbintang Bali pada Februari 2025 tercatat 36,35 persen. Angka ini naik 0,73 persen dibandingkan Januari 2025. Sementara jika dibandingkan dengan Februari 2024 mengalami penurunan 4,56 persen.
"Pada Februari 2025 rata-rata lama menginap tamu di hotel bintang 2,67 malam. Secara bulan ke bulan atau Februari 2025 dibandingkan Januari 2025 turun 0,24 poin. Sementara apabila dibandingkan dengan Februari 2024 naik 0,05 poin," jelasnya.
Adapun, rata-rata lama menginap tamu asing di hotel bintang pada Februari 2025 adalah 2,75 malam dan tamu domestik 2,55 malam. Kemudian, rata-rata lama menginap tamu di hotel nonbintang pada Februari 2025 adalah 2,41 malam.
"Secara bulan ke bulan atau Februari 2025 dibandingkan Januari 2025 naik 0,13 poin. Secara tahun ke tahun atau Februari 2025 dibandingkan Februari 2024 turun 0,19 poin," bebernya.
Menurut Agus, rata-rata lama menginap tamu asing di hotel nonbintang pada Februari 2025, yaitu 2,90 malam dan tamu domestik 1,67 malam. Di sisi lain, Agus mengaku belum melihat apakah penurunan TPK di Februari 2025 dikarenakan adanya efisiensi anggaran dari pemerintah pusat.
"Di Februari memang kecenderungannya turun karena kalau Bali kan agak berbeda dengan yang lainnya. Bali tidak hanya mengandalkan konsumsi domestik atau lokal, tapi Bali lebih mengandalkan dari wisman. Jadi, kalaupun itu terjadi sebenarnya Bali masih bisa agak berbeda lah, masih bisa lebih survive karena pasar wismannya besar," ungkapnya.
(hsa/gsp)