Daya Beli Masyarakat Loyo, Keterisian Hotel Rendah Saat Libur Lebaran

Daya Beli Masyarakat Loyo, Keterisian Hotel Rendah Saat Libur Lebaran

Ignacio Geordi Oswaldo - detikBali
Selasa, 01 Apr 2025 18:47 WIB
Ilustrasi kamar hotel
Foto: Ilustrasi menginap di hotel. (Getty Images/iStockphoto/Boyloso)
Jakarta -

Tingkat okupansi atau keterisian kamar hotel di berbagai daerah selama libur Lebaran 2025 turun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan rata-rata sekitar 20%.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, saat ditemui wartawan seusai mengikuti open house di Rumah Dinas Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, Selasa (1/4/2025).

"Seperti diduga, (okupansi) lebih rendah dari tahun lalu ya. Tadi saya sempat telepon beberapa daerah. Solo, Jogja, Bali. Itu yang saya sempat cek ya. Memang turun. Turun rata-rata sekitar 20% dari tahun lalu," kata Hariyadi dilansir dari detikFinance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, periode libur Lebaran merupakan salah satu peak season alias momen puncak bagi sektor perhotelan, khususnya di luar Jakarta. Di luar momen itu, biasanya tingkat okupansi hotel jauh lebih rendah.

Sebagai contoh, tingkat okupansi hotel di Yogyakarta saat hari biasa hanya sekitar 40%. Namun, saat musim libur Lebaran harusnya bisa meningkatkan hingga 85%.

ADVERTISEMENT

"Kalau libur Lebaran ini kan dia booster sebetulnya. Karena orang sudah pakai THR kan. Nah, kalau bulan biasa, itu kemungkinan lebih jelek lagi," terang Hariyadi.

Selain tingkat okupasi, lama durasi masyarakat menginap di hotel juga melemah pada Lebaran tahun ini. Kondisi ini terlihat dari waktu reservasi atau penyewaan kamar hotel yang tidak sampai akhir libur Lebaran.

"Waktu liburnya juga nggak sampai selesai. Nggak sampai tanggal 7 (April) gitu ya. Kayak di Solo tanggal 4- 5 langsung sudah check out. Di Yogyakarta tanggal 6, Bali itu juga menurun juga ya. Bali itu juga nggak full sampai tanggal 7. Jadi secara umum sih turun, secara nasional," papar Hariyadi.

Hariyadi berpendapat pelemahan usaha sektor perhotelan tahun ini menurun drastis imbas pelemahan daya beli masyarakat. Sehingga, masyarakat yang pulang kampung mengurangi belanja dengan tidak menginap atau mengurangi waktu berlibur di hotel.

"Mungkin daya beli ya. Daya belinya memang kayaknya sih bermasalah," terang Hariyadi.

Artikel ini telah tayang di detikFinance. Baca selengkapnya di sini!




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads