Okupansi hotel selama momen libur Isra Mikraj dan Imlek di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih stagnan di angka 40 persen. Libur panjang yang bertepatan dengan dua hari besar keagamaan itu tak cukup mengerek tingkat hunian hotel di Mataram.
"Tidak ada kenaikan yang signifikan. Hotel-hotel masih jualan dengan harga normal," kata Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) I Made Adiyasa Kurniawan kepada detikBali, Kamis (30/1/2025).
Pembina dan Penasehat Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra setali tiga uang. Menurutnya, beberapa faktor penyebab rendahnya okupansi hotel di Mataram, antara lain belum adanya event karena anggaran dari pemerintah pusat dipangkas hingga faktor low season.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang okupansi ada di angka 30-40 persen," ujar Lanang.
Lanang mengatakan low season terjadi setiap Januari, Februari, hingga Maret. Menurutnya, warga biasanya hanya memanfaatkan long weekend untuk berwisata pada tiga bulan tersebut.
Di sisi lain, Lanang menilai kehadiran turis asing yang turun dari kapal pesiar cukup berpengaruh terhadap okupansi hotel meski tidak besar. ia berharap semakin banyak kapal pesiar yang bersandar di Lombok agar okupansi hotel di daerah itu turut terkerek.
"(Kapal pesiar) lumayan mendongkrak, karena mereka (turis asing) itu nggak pakai musim saat berlibur. Kalau bisa mendatangkan mereka di musim seperti ini, harusnya (okupansi) bagus," tandas Lanang.
(iws/iws)