Bus Trans Metro Dewata (TMD) yang sempat dijuluki Bus Tayo pada awal kemunculannya berhenti beroperasi per 1 Januari 2025. Kini, sejumlah pelanggan bus TMD terpaksa beralih dengan menumpang bus Trans Sarbagita. Beberapa di antara mereka kebingungan lantaran rute yang dilalui Trans Sarbagita berbeda dengan bus TMD.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mengerahkan 10 bus Trans Sarbagita untuk mengisi rute yang ditinggalkan bus TMD. Adapun, Trans Sarbagita melayani dua koridor, yakni dari Terminal Pesiapan, Tabanan, menuju GOR I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Kemudian, rute GOR I Gusti Ngurah Rai menuju Politeknik Negeri Bali (PNB), Jimbaran.
"Sempat bingung rute. Karena saya butuh yang lewat Jalan Sesetan. Tapi tadi katanya, bus ini lewat Sentral Parkir Kuta," kata Aulia Naomi Mariana, salah satu penumpang bus Trans Sarbagita, Jumat (3/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stanley, penumpang Trans Sarbagita lainnya, mengeluhkan halte bus berkelir biru itu agak jauh dari rumahnya. Jumlah halte bus Trans Sarbagita juga tak sebanyak halte bus TMD. Walhasil, Stanley perlu datang ke GOR Ngurah Rai terlebih dahulu.
"Kami harus tanya dulu, bisa nggak turun di halte yang biasanya saya pilih ketika naik TMD," ujar Stanley saat ditemui di dalam bus Trans Sarbagita, Jumat.
Saat naik bus TMD, Stanley biasanya turun di halte Sanggulan, Tabanan. Lantaran TMD tak lagi beroperasi, petugas Trans Sarbagita pun memperbolehkan Stanley turun di halte milik TMD.
Trans Sarbagita Vs Trans Metro Dewata
Penumpang lainnya, Ketut Yonas, menilai ada perbedaan antara bus Trans Sarbagita dengan bus Trans Metro Dewata. Misalkan, petugas yang melayani penumpang di Trans Sarbagita sebanyak dua orang, terdiri dari sopir dan kernet.
Yonas merasa terbantu dengan adanya kernet karena bisa bertanya terkait rute yang dilalui Trans Sarbagita. Bahkan, kernet tersebut menawarkan nomor teleponnya agar Yonas bisa mendapatkan informasi terkait keberangkatan maupun pemberhentian rute sewaktu-waktu. Pengalaman seperti itu tidak dia dapatkan ketika naik bus TMD.
![]() |
"Kalau TMD beroperasi lagi, kalau bisa ada dua orang petugas seperti ini (bus Trans Sarbagita), biar bisa terbantu saat penumpang ramai," saran Yonas.
Meski begitu, Yonas menilai fasilitas yang disiapkan bus TMD lebih baik dari Trans Sarbagita. Selain itu, halte yang dimiliki juga lebih banyak dan jadwal keberangkatannya lebih pasti.
Anak Agung Oka, misalnya, mengeluh lantaran harus menunggu kedatangan bus Trans Sarbagita di halte cukup lama. "Trans Metro Dewata itu setiap 15 menit ada. Kalau Sarbagita ini setiap sejam baru ada," kata Oka.
Penumpang bus Trans Sarbagita yang ingin turun di halte milik TMD juga perlu melalui pintu depan. Sebab, tipe pintu bagi penumpang bus Trans Sarbagita lebih tinggi dibandingkan TMD. Terlebih, halte milik TMD tidak seperti Trans Sarbagita yang memiliki halte khusus.
Perbedaan lainnya adalah terkait metode pembayaran. Adapun, penumpang Trans Sarbagita bisa membayar melalui barcode dan tunai serta belum bisa menggunakan uang elektronik. Sedangkan, pembayaran karcis TMD bisa melalui QRIS dan uang elektronik serta tidak bisa tunai. Namun, tarif kedua bus tersebut sama yaitu Rp 4.500.
Minta Jam Operasional Lebih Panjang
Penumpang lainnya, Dewa, menyarankan agar jadwal sore menuju Terminal Pesiapan diperpanjang hingga pukul 19.00 Wita. Sebagai pegawai swasta yang pulangnya pukul 17.00 Wita, Dewa merasa jadwal keberangkatan bus Sarbagita terlalu mepet dengan jam pulang kantornya.
"Kemarin saya sampai izin ke atasan untuk pulang setengah lima sore karena harus mengejar jam bus," ujar Dewa yang bekerja di Jalan Sudirman, Denpasar.
Sementara itu, Aulia berharap ada jam operasional bus Trans Sarbagita yang lebih pagi. Sebab, mahasiswi Universitas Udayana itu sebelumnya berlangganan bus TMD yang jam operasionalnya lebih pagi dibandingkan Trans Sarbagita.
"Saya biasanya jam setengah tujuh pagi sudah naik (TMD)," kata Aulia.
Untuk diketahui, bus Trans Metro Dewata mulai mengaspal di Bali pada 2020. Kementerian Perhubungan lantas menyerahkan pengelolaan bus kota itu kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Namun, Pemprov Bali tidak mengalokasikan anggaran untuk operasional bus kota itu. Walhasil, bus berkelir merah dan hitam itu berhenti beroperasi per awal 2025.
Dishub Bali Evaluasi Masukan Penumpang
![]() |
Dinas Perhubungan (Dishub) Bali segera mengevaluasi masukan dari masyarakat yang menaiki bus Trans Sarbagita sebagai pengganti bus Trans Metro Dewata di beberapa koridor. Kepala Dishub Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta, mengapresiasi beragam masukan dari warga terkait layanan transportasi publik itu.
"Saya cuma bisa bilang terima kasih banyak masukannya, (kami) akan segera melakukan evaluasi dan penyesuaian apabila memungkinkan," ujar Samsi, Jumat.
Menurut Samsi, beragam respons warga itu menjadi bahan evaluasi untuk mengoptimalkan layanan transportasi publik di Bali. Di sisi lain, ia menilai pramudi dan penumpang Trans Sarbagita masih perlu waktu untuk beradaptasi.
"Semuanya perlu menyesuaikan, penumpang juga ya. Ini kami punya keterbatasan yang harus disiasati," tutur Samsi.
Kepala Bidang Angkutan Darat Dishub Bali, I Nyoman Sunarya, menyampaikan evaluasi biasanya dilakukan setiap bulan melihat load factor dari koridor bus tersebut. "Baru sehari, perlu sosialisasi ke semua. Pramudi perlu penyesuaian dan pelajari dulu titik hentinya merujuk ke titik henti TMD," kata dia.
(iws/iws)