Mayoritas Warga Bali Beli Rumah dengan Skema KPR

Mayoritas Warga Bali Beli Rumah dengan Skema KPR

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 05 Des 2024 09:53 WIB
Ilustrasi serah terima kunci pembelian properti rumah pertama
Ilustrasi (Foto: Freepik)
Denpasar -

Bank Indonesia (BI) mengungkap mayoritas warga Bali membeli rumah menggunakan skema pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan pangsa sebesar 65 persen. Hal itu berdasarkan hasil survei harga properti residensial (SHPR) BI Provinsi Bali.

"Sedangkan skema lainnya, yaitu cash bertahap dan cash keras masing-masing tercatat sebesar 33 persen dan 2 persen dari total penjualan rumah primer di Provinsi Bali," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali, Kamis (5/12/2024).

SHPR merupakan survei triwulanan terhadap sampel pengembang proyek perumahan di Bali yang mencakup data harga jual rumah. Survei tersebut juga mendata jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BI Bali mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer di Bali, yaitu harga pada saat pertama kali rumah diperjualbelikan mengalami peningkatan. Erwin mengatakan peningkatan harga properti residensial tercermin dari perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2024 sebesar 104,53.

"Adapun pertumbuhan IHPR tahunan pada triwulan III sebesar 1,76 persen secara year on year (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan IHPR triwulan sebelumnya sebesar 104,27," imbuh Erwin.

ADVERTISEMENT

Menurut Erwin, pertumbuhan IHPR tersebut didorong oleh kenaikan harga pada tiga tipe properti, yakni tipe kecil (luas bangunan ≀36 m2) meningkat sebesar 1,54 persen secara yoy. Kemudian, tipe menengah (luas bangunan 36 m2 hingga 70 m2) meningkat 2,44 persen secara yoy dan tipe besar (luas bangunan >70 m2) meningkat 1,55 persen secara yoy.

Erwin menjelaskan pertumbuhan IHPR pada triwulan III 2024 mayoritas dipengaruhi oleh kenaikan harga bangunan. Berdasarkan hasil survei, 43 persen responden menyatakan kenaikan harga bangunan menjadi penyebab kenaikan harga unit rumah.

Sementara itu, pangsa penjualan terbesar pada triwulan III 2024, yaitu rumah tipe menengah sebesar 45 persen dan tipe rumah kecil sebesar 37 persen. Meski penjualan properti residensial terus tumbuh, dia berujar, terdapat sejumlah faktor yang menghambat pengembangan maupun penjualan properti residensial primer di Bali.

"Antara lain suku bunga KPR, uang muka rumah, perizinan atau birokrasi dan adanya kenaikan bahan bangunan," terangnya.

Selain itu, Erwin melanjutkan, SHPR juga menunjukkan pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali terutama bersumber dari dana perbankan sebesar 44 persen. Lalu, dana sendiri atau developer sebesar 47 persen dan sisanya berasal dari dana pembeli atau DP pembelian rumah sebesar 9 persen.




(iws/gsp)

Hide Ads