Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mewanti-wanti potensi kelangkaan beras akibat diborong calon kepala daerah (cakada) yang bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebab, beras menjadi salah satu komoditas yang menyumbang inflasi tertinggi di Bumi Gora, sebutan NTB.
"Pernah terjadi sebelum Pileg (Pemilihan Legislatif), dua pekan lebih terjadi kelangkaan beras," ujar Tito dalam rapat koordinasi (rakor) pengendalian inflasi daerah yang digelar secara hybrid, Senin (4/11/2024).
Menurut Tito, penyebab kelangkaan tersebut adalah adanya aksi borong beras. Ia meminta seluruh pemerintah di kabupaten dan kota untuk mengatensi potensi kelangkaan beras selama tahapan Pilkada Serentak 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selagi masa kampanye sampai 24 November dan 27 November pemungutan suara, perlu waspadai adanya kemungkinan calon kepala daerah yang menggunakan instrumen sembako dan lain-lain. Borong beras bisa terjadi," imbuh mantan Kapolri itu.
Tito menjelaskan wanti-wanti tersebut juga untuk memastikan persediaan beras di Bulog masing-masing daerah. Ia menyarankan stakeholder terkait untuk turun mengecek stok beras di tingkat pedagang yang ada di pasar dan lainnya.
"Kalau sampai terjadi fenomena itu (memborong beras) dan kelangkaan, kasihan yang tidak kebagian. Kami ingatkan ketika ada kelangkaan stok, siap digelontorkan," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Setda NTB Wirajaya Kusuma menjelaskan perkembangan inflasi nasional pada Oktober 2024 mencapai 1,71 persen (year on year atau yoy). Sedangkan, untuk inflasi bulanan (month-to-month atau mtm) 0,08 persen, dan kalender tahunan (year to date atau ytd) sebesar 0,82 persen.
Menurutnya, perkembangan inflasi NTB berada pada urutan 10 terendah dengan tingkat inflasi 1,44 persen. Kemudian pada tingkat kabupaten/kota di NTB, dia berujar, Kota Bima menempati peringkat ketujuh tertinggi nasional dengan tingkat inflasi sebesar 2,51 persen.
Komoditas utama penyebab inflasi bulanan di NTB, antara lain emas perhiasan dengan inflasi 4,44 persen dan andil 0,06 persen. Kemudian, daging ayam ras dengan inflasi 2,76 persen dan andil 0,04 persen. Bawang merah dengan inflasi 7,94 persen, andil 0,03 persen. Tomat dengan inflasi 16,93 persen, dan andil 0,02 persen.
"Nasi dengan lauk inflasinya 0,67 persen dan andil 0,02 persen," kata Wirajaya, Senin.
Secara tahunan, Wirajaya melanjutkan, komoditas utama penyumbang inflasi NTB di antaranya emas perhiasan dengan inflasi 35,82 persen dan andil 0,35 persen. Kemudian, beras dengan inflasi 3,83 persen dan andil 0,15 persen. Sigaret kretek mesin dengan inflasi 6,36 persen dan andil 0,13 persen.
Selanjutnya, kopi bubuk dengan inflasi 17,53 persen dan andil 0,10 persen. Nasi dengan lauk dengan inflasi 2,54 persen dan andil 0,06 persen.
Sebelumnya, Wapimwil Bulog NTB Musazdin Said menyebutkan jumlah stok beras di gudang saat ini sebanyak 34.700 ton. Ia mengeklaim jumlah tersebut masih mencukupi hingga empat bulan ke depan.
"Kami harapkan di April 2025 itu sudah ada panen berikutnya," jelas Musazdin.
Stok beras SPHP di Bulog NTB, kata Musa, kurang lebih 600-700 ton per bulan saat kondisi normal. Saat ini, stok beras SPHM ditingkatkan menjadi 1.300 ton per bulan akibat kekeringan yang agak panjang. Ia mengaku siap menggelontorkan stok yang ada di gudang Bulog jika terjadi kelangkaan beras.
(iws/gsp)