Aneka Penyebab Harga Rumah di Badung-Denpasar Melambung

Liputan Khusus Akses Perumahan di Bali

Aneka Penyebab Harga Rumah di Badung-Denpasar Melambung

Ni Wayan Santi Ariani , Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Senin, 17 Jun 2024 10:59 WIB
Suasana di salah satu kompleks perumahan di Jalan Mekar Jaya, Pemogan, Denpasar Selatan, Bali, Sabtu (15/6/2024).
Suasana di perumahan di Jalan Mekar Jaya, Pemogan, Denpasar Selatan, Bali, Sabtu (15/6/2024). Foto: Zheerlin Larantika Djati Kusuma/detikBali
Denpasar -

Tingginya harga rumah di Denpasar dan Badung, Bali, makin tak terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Beragam penyebab membuat harga rumah di dua daerah tersebut terus melambung dan kenaikannya tidak seimbang dengan peningkatan upah minimum kabupaten/kota (UMK).

Pengamat Ekonomi Universitas Udayana, I Gede Nandya Oktora Panasea, menuturkan salah satu yang memengaruhi melambungnya harga properti di Pulau Dewata adalah tingginya permintaan. "Sedangkan, supply-nya segitu-segitu saja, jadi harganya semakin tinggi," tuturnya kepada detikBali, Jumat (24/5/2024).

Data BTN menyebutkan rata-rata harga rumah di Denpasar dan Badung meningkat hingga 20-40 persen per tahunnya. Di Denpasar pada 2023 harga rumah Rp 661 juta naik menjadi Rp 863 juta pada 2024. Sedangkan di Badung pada 2023 Rp 638 juta naik menjadi Rp 900 juta pada 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali menyebutkan pada 2023, backlog (kekurangan pasokan rumah) di Pulau Dewata mencapai 32.397 unit. Adapun untuk rumah tak layak huni (RTLH) di Pulau Dewata mencapai 54.570 unit.

Adapun UMK Denpasar pada tahun ini sebesar Rp 3,096 juta atau naik 102.177 (3,4 persen) dibandingkan UMK tahun lalu. UMK di Badung pada 2024 sebesar Rp 3,31 juta, sedangkan pada tahun lalu UMK di Gumi Keris, sebutan Badung, sebesar 3,163 juta.

ADVERTISEMENT

Faktor lainnya, Nandya menerangkan, pengembang berlomba-lomba mengumpulkan tanah untuk ekspansi bisnis. Hal tersebut ikut mengerek harga rumah dan lahan di Pulau Dewata.

Marketing Inhouse Vasaka Bali, Jona Koto, menambahkan harga rumah di Pulau Dewata naik drastis karena pariwisata Bali yang berkembang pesat. Harga properti bisa lebih melambung jika berdiri di tempat yang dekat fasilitas publik seperti rumah sakit, pusat pemerintahan, supermarket, hingga pantai.

"Bali itu memang salah satu kota pariwisata," ujar Jona di kantornya, Denpasar, Bali, Rabu (22/5/2024).

Vasaka Bali membanderol harga rumah dengan tanah seluas 100 meter persegi mulai dari Rp 3,1 miliar sampai Rp 6,5 miliar. Untuk bisa mengambil satu griya dengan sistem KPR, calon pembeli harus membayar booking fee sebesar Rp 25 juta dengan cicilan sekitar Rp 17 juta per bulan selama 20 tahun.

"Otomatis calon pembelinya gajinya harus Rp 34 juta," ungkap Jona.

Jona menyebutkan hanya 40 persen warga Bali yang membeli rumah di Denpasar. Sebanyak 60 persen pembeli merupakan orang luar Bali.
Branch Manager PT Fuji Home Japan, Angga Wahyudi, setali tiga uang. Menurut dia, tingginya harga properti di Denpasar dan Badung dipicu oleh banyaknya masyarakat yang ingin membangun hunian di wilayah tersebut.

"Semuanya ada di sini (Badung dan Denpasar). Kalau ibu kota pindah, otomatis harga rumah di daerah lain yang naik harganya," papar Angga.




(nor/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads