Sargassum, Dulu Sampah Kini Jadi Sumber Cuan di Jembrana

Jembrana

Sargassum, Dulu Sampah Kini Jadi Sumber Cuan di Jembrana

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Kamis, 09 Mei 2024 15:35 WIB
Para nelayan mengumpulkan sargassum di Jembrana, Bali.
Para nelayan mengumpulkan sargassum di Jembrana, Bali. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Jembrana -

Warga Desa Perancak, Jembrana, Bali, punya sumber mata pencaharian baru. Selain menjadi nelayan, mereka kini mencari uang dengan mengumpulkan sargassum (rumput laut cokelat).

Dulu, rumput laut agak pipih ini dianggap warga sebagai sampah dan limbah di laut. Kini, jenis alga ini menjadi primadona saat nelayan tak melaut.

Salah seorang nelayan, I Nyoman Lastra (50), menjelaskan bahwa masyarakat awalnya tidak mengetahui bahwa rumput laut cokleat ini memiliki nilai jual. Setelah pandemi COVID-19, warga memulai untuk mencari rumput laut ini untuk dijual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya rumput laut ini memang sampah, dan mengganggu. Setelah pandemi ada info bahwa bisa dijual dan kami mencoba untuk mengumpulkannya. Kemudian sampai saat ini ada pengepul yang rutin mengambil rumput laut kering ini," ungkapnya kepada detikBali, Kamis (9/5/2024).

Lastra juga menjelaskan bahwa pekerjaan utama dirinya adalah seorang nelayan. Ketika cuaca tidak memungkinkan mereka melaut, Lastra dan para nelayan lainnya tetap bisa mendapatkan penghasilan dengan mengumpulkan sargassum.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya sampingan saja. Rumput laut ini akan muncul ketika air sedang surut, jadi saat pasang kita angkut yang sudah terkumpul ke darat untuk dijemur. Proses penjemuran juga cepat ketika panas terik, sekitar 5-7 jam," jelas Lastra.

Warga lain, Ni Luh Warsiki menambahkan bahwa harga jual sargassum kering mencapai Rp 1.500 per kilogram. Dalam seminggu, Warsiki dapat mengumpulkan 5 hingga 7 kuintal sargassum, yang menghasilkan upah sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kalau saya setor setiap seminggu sekali. Kalau air surutnya lumayan lama, lebih banyak lagi dapat mengumpulkan rumput laut ini. Rata-rata Rp 1 juta setiap minggu," papar Warsiki.

Meskipun belum mengetahui persis kegunaan sargassum, Warsiki dan para warga lainnya senang bahwa mereka dapat menemukan penghasilan tambahan dari sumber yang sebelumnya tidak ternilai.

"Kami tidak tahu juga digunakan untuk apa yang penting bisa dijual. Katanya untuk kosmetik," imbuh Warsiki.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads