Duka Petani Bawang Merah, Tak Raup Cuan meski Harga Bawang di Pasar Meroket

Bima

Duka Petani Bawang Merah, Tak Raup Cuan meski Harga Bawang di Pasar Meroket

Rafiin - detikBali
Senin, 29 Apr 2024 16:00 WIB
Bawang merah hasil panen petani di Desa Pai Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB, Senin, (29/4/2024). (Dok. Rafiin/detikBali)
Foto: Bawang merah hasil panen petani di Desa Pai Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB, Senin, (29/4/2024). (Dok. Rafiin/detikBali)
Bima -

Sebagian petani bawang merah di wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah memanen tanamannya. Namun, mereka mengeluhkan harga pembelian yang terus turun di tengah meroketnya harga bawang merah di pasar.

Seperti diketahui, harga bawang merah secara nasional naik gila-gilaan dalam beberapa waktu belakangan ini. Harganya menembus angka Rp 80 ribu per kilogram (kg) atau Rp 8 juta per 100 kg.

Ginanjar, petani bawang merah di Desa Pai Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, mengatakan meroketnya harga bawang merah di pasar saat ini tak memberikan keuntungan baginya. Sebab bawang merah hasil panen saat ini rata-rata harga Rp 3,3 juta per karung ukuran 100 kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini harga bawang merah di tingkat petani di angka Rp 3,3 juta per karung. Padahal satu minggu sebelumnya harganya Rp 3,5 juta hingga Rp 3,7 juta per karung," keluhnya kepada detikBali, Senin (29/4/2024).

Pria 33 tahun ini menilai harga tersebut tidak akan bertahan lama dan mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya antara satu dan dua minggu ke depan, bawang merah di Kabupaten Bima mulai memasuki masa panen.

ADVERTISEMENT

"Akan turun terus. Kalau saat masa panen, harganya bisa di angka Rp 3 juta hingga Rp 2,5 juta per karung," katanya.

Ginanjar heran dengan harga bawang merah saat ini. Pasalnya di tingkat petani terus mengalami penurunan. Sedangkan di tingkat pasar mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi.

Padahal, lanjut Ginanjar, bawang merah hasil panen petani tidak dibedakan harga antara ukuran yang kecil dengan yang besar. Sementara di tingkat pasar, harga ditentukan oleh besar dan kecilnya bawang merah.

"Ideal harga bawang di tingkat petani yakni Rp 3,7 juta per karung atau paling rendah Rp 3,5 juta per karung," ujarnya.

Menurut Ginanjar, kisaran harga itu masih dianggap wajar. Namun, jika bawang merah di Sumbawa juga ikut masa panen, dipastikan harga bawang merah di Kabupaten Bima akan anjlok. Bahkan harganya cuma Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu per karung.

"Fenomena gejolak harga bawang merah seperti ini terjadi setiap tahun. Jelang hingga puncak panen harganya pasti anjlok," katanya.

Ginanjar menjelaskan ia menanam bawang merah seluas 16 are dan hasilnya diperkirakan sebanyak dua ton. Biaya operasional yang dikeluarkan selama masa tanam sebanyak Rp 30 juta. Itupun belum terhitung biaya tak terduga lainnya, salah satunya biaya pengangkutan hasil panen.

"Biaya yang paling banyak dikeluarkan saat tanam bawang merah seperti membeli bibit, pestisida hingga pupuk," terangnya.

Hal yang sama juga disampaikan, Mansyur (35), petani bawang merah Desa Kalajena, Kecamatan Wera. Saat ini petani bawang merah sedang panen tanamannya. Namun, di satu sisi dirisaukan dengan harga beli ditingkat petani yang terus turun.

"Bawang merah saat ini rata-rata dibeli dengan Rp 3,3 juta dan ada yang Rp 3 juta per karung. Padahal beberapa hari sebelumnya harganya Rp 3,5 juta," ujarnya.

Mansyur mengatakan setiap kali panen, bawang merah Bima kerap terjadi gejolak harga yang berujung merugikan petani. Belum lagi, ada perbedaan harga yang selisih cukup jauh, antara dibawa ke gudang dengan dibeli langsung di sawah saat panen.

"Kami sudah jenuh seperti ini karena setiap tahun selalu terjadi gejolak harga," katanya.

Untuk itu, ia meminta agar persoalan itu dicarikan solusinya oleh Pemerintah Daerah. Selain itu juga melakukan intervensi untuk mengantisipasi terjadinya gejolak harga bawang merah di tingkat petani.

"Harus dipikirkan mulai dari sekarang. Jangan pas saat gejolak harga, baru ada tindakan," harapnya.

Terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bima, Muhammad Natsir, mengakui sebagian petani bawang merah sudah memulai panen tanamannya. Namun soal harga di tingkat petani masih belum diketahui.

"Ada sebagian memang yang sudah panen, seperti di Kecamatan Lambu, Sape, dan Wera. Untuk harganya belum saya tahu. Yang saya tahu bawang merah saat ini lagi mahal-mahalnya secara nasional," ujarnya.

Meski begitu, Natsir tidak menampik menjelang masa hingga saat panen, komoditas pertanian seperti jagung dan bawang merah kerap terjadi gejolak harga. Para petani menilai harga beli bawang merah dianggap tak wajar dan tidak menguntungkan bagi mereka.

"Setiap tahun memang seperti itu. Tapi khusus untuk bawang merah kami suplai ke luar daerah juga, seperti di Pulau Kalimantan, Bali, Jawa hingga Sulawesi," pungkas Natsir.




(nor/gsp)

Hide Ads