Kepala Disparbud Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara, mengatakan bahwa pemberian dana insentif ini merupakan upaya untuk melestarikan dokar sebagai salah satu alat transportasi tradisional di Kabupaten Jembrana. Dana tersebut akan diberikan sebesar Rp 7 juta per dokar.
"Eksistensi dokar di Jembrana semakin hari semakin berkurang. Dulunya, ada sekitar 300 dokar, tapi sekarang hanya tersisa enam saja," ungkap Sapta Negara dikonfirmasi detikBali, Minggu (21/1/2024).
Menurut Sapta Negara, berkurangnya jumlah dokar di Jembrana disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemunculan moda transportasi modern, seperti sepeda motor dan mobil. Selain itu, generasi penerus kusir dokar juga sangat minim.
"Dengan adanya dana apresiasi ini, kami berharap para pemilik dokar bisa memperbaiki alat transportasinya agar lebih representatif dan menarik minat wisatawan," ujar Sapta Negara.
Sapta Negara menambahkan Pemkab Jembrana juga berencana untuk mengembangkan dokar sebagai salah satu moda transportasi pariwisata. "Kami akan mengintegrasikan dokar dengan berbagai destinasi wisata di Jembrana," jelasnya.
Dirinya juga menjelaskan saat ini pihaknya masih merancang wisata mengelilingi Kota Negara serta memperkenalkan bangunan tua yang ada di kampung Loloan. Sebelum jalur tersebut ditetapkan, pihaknya masih fokus untuk menata dokar yang masih ada.
"Salah satunya wisata mengelilingi kota negara dan memperlihatkan bangunan-bangunan kuno seperti rumah panggung yang masih dipertahankan warga Loloan Timur dan Loloan Barat," ujar Sapta Negara.
Dengan adanya wisata mengelilingi kota negara dengan dokar ini, pihaknya berharap dapat mempertahankan dokar sehingga tidak punah.
"Kami fokus kepada dokar yang masih tersisa dulu. Dana apresiasi ini juga sebagai pancingan untuk kusir dokar lain agar kembali aktif, sehingga dokar semakin banyak seperti andong di Yogyakarta," tandas Sapta Negara.
(dpw/hsa)