PT Asahan Indonesia Aluminium (Inalum) menargetkan kapasitas produksi aluminium dari 250 ribu ton menjadi 274 ribu ton per tahun pada 2024. Inalum akan memprioritaskan peningkatan produksi tersebut untuk kebutuhan industri manufaktur di dalam negeri. Bertahap, Inalum merancang produksi 900 ribu ton aluminium yang ditargetkan terealisasi lima tahun mendatang.
"Harapan kami, bisa mendukung seluruh (kebutuhan) manufacture domestik. Walaupun belum sebanyak yang diperlukan, tapi setidaknya kami akan memprioritaskan (kebutuhan industri) domestik," kata Direktur Pengembangan Usaha PT Inalum Melati Sarnita di hotel Hilton Bali Resort, Jumat (20/10/2023).
Melati menuturkan target itu nantinya juga akan meningkat. Dari kapasitas produksi sebesar 250 ribu ton per tahun dengan semua fasilitas yang ada saat ini, direncanakan akan meningkat jadi 900 ribu ton per tahun pada 2028.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, rencananya dari 250 (ribu ton per tahun kapasitas produksinya), itu akan ada optimalisasi terhadap existing fasilitas, jadi 300. Kemudian kami tambah 600 ribu. Jadi totalnya nanti dalam waktu lima tahun itu targetnya harus bisa menjadi 900 ribu per tahun," jelas Melati.
Kemudian soal alumina sebagai bahan baku pembuatan aluminium. Inalum akan mendapat pasokan alumina di dalam negeri dari Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1, Kalimantan Barat.
PT Borneo Alumina Indonesia yang memiliki dan mengelola smelter itu. Dari PT BAI, Inalum menargetkan dapat pasokan alumina antara dua hingga tiga juta ton per tahun.
"Aluminanya, sebagai bahan baku aluminiumnya, target kami dalam lima tahun, bisa mengejar dua sampai tiga juta (ton) alumina," jelasnya.
Untuk SGAR-nya sendiri, kini masih dalam tahap pembangunan. Melati mengonfirmasi bahwa progres pembangunan SGAR pada tanggal 13 Oktober 2023 lalu sudah mencapai 70 persen. Targetnya, pembangunan SMGR bakal rampung pada Januari 2025.
"Tapi kami commissioning rencananya Q (kuartal) II 2024. Nah, first Alumina sendiri rencananya September 2024. Tapi, full COD (completion date) itu nanti Januari 2025," katanya.
Melati mengaku optimistis dengan target kapasitas produksi aluminium tersebut dapat tercapai. Menurutnya, alumina sebagai bahan baku produksi aluminium di PT Inalum, 70 persennya didapat dari luar negeri alias impor.
Sedangkan 30 persennya, alumina yang diolah dan dimurnikan dari bauksit di dalam negeri. Sehingga, dengan adanya SMGR nanti, PT Inalum akan sepenuhnya mendapat pasokan alumina sebagai bahan baku pembuatan aluminium.
"TKDN akan jauh lebih bagus. Juga, akan memberikan nilai tambah ke negara. Bauksitnya juga, negara kan maunya bauksitnya jangan diekspor. Nah, dengan adanya alumina refinery (SGAR) tadi, bauksitnya kami olah sendiri, kemudian jadi aluminium," tuturnya.
(hsa/dpw)