Lahan sawah seluas 775,5 hektare (ha) dari total 6.636 hektare di Jembrana, Bali, terancam mengalami kekeringan pada musim kemarau, sebagai dampak fenomena El Nino. Menghadapi situasi ini, para petani mulai beralih ke tanaman palawija demi menghindari risiko gagal panen akibat kondisi kekeringan.
Pantauan detikBali, Rabu (16/8/2023), sejumlah lahan sawah di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, mulai mengering. Tanah di beberapa lahan sawah bahkan sudah terbelah akibat kekeringan.
Salah seorang petani dari Desa Kaliakah, I Nengah Sukerta, mengungkapkan bahwa para petani di subak pangkung buluh sudah memulai menanam palawija untuk mengatasi kemarau yang diperkirakan akan berlanjut. Mereka juga mengandalkan sumur bor untuk kebutuhan air di sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat musim kemarau tiba, kami mengandalkan sumur bor untuk mengairi sawah. Namun, jika kemarau terus berlanjut, sumur bor tidak akan cukup untuk menyediakan air," ujar Sukerta saat ditemui detikBali, Rabu (16/8/2023).
Pria berusia 46 tahun tersebut juga menjelaskan selain petani yang beralih ke tanaman palawija, masih ada sejumlah petani yang tetap menanam padi. Namun, tanaman padi yang baru berusia kurang dari satu bulan diprediksi akan gagal tanam karena kekurangan air.
"Masih ada petani bengkung (nakal). Sekarang sudah tidak dapat air, pasti gagal tanam nantinya itu," ujar Sukerta.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama telah menerbitkan surat edaran kepada seluruh subak di Jembrana, yang berjumlah 79 subak. Surat edaran itu mendorong para petani untuk mengalihkan tanaman mereka ke palawija selama musim kemarau.
"Di Jembrana, terdapat total 6.636 hektare lahan sawah, dan 775,5 hektare terancam kekeringan. Pada bulan Juni 2023 lalu, kami telah mengeluarkan surat edaran untuk menghadapi musim kemarau," ungkap Sutama.
Dinas Pertanian, Sutama melanjutkan, telah mengecek lahan sawah yang mulai mengalami krisis air. Solusi yang diusulkan mencakup pemanfaatan sumur bor dengan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sesuai rekomendasi pemerintah.
"Saat ini, tiga dari lima kecamatan di Jembrana, yaitu Jembrana, Melaya dan Pekutatan, belum melaporkan masalah kekeringan. Namun, kecamatan lainnya sudah mulai mengalami kekeringan. Jika kondisi ini berlanjut, kegagalan tanam dan panen akan terjadi," tegas Sutama.
(dpw/dpw)