Menurut Kedux, menjadi builder motor custom yang belajar secara autodidaktik seperti dirinya merupakan sebuah tantangan. Ia dituntut belajar banyak hal, mulai dari teknik mengelas, mencari bahan, hingga memadupadankan desain dengan material yang ada.
"Setiap jam, setiap menit, adalah tantangan. Jadi, masalah terbesarnya adalah waktu dan kedisiplinan. Kalau kerjanya molor, ya uang juga molor," ujar pria yang juga dikenal sebagai arsitek ogoh-ogoh itu.
Kedux menjelaskan industri motor custom memiliki segmen pasar tersendiri. Apalagi, belum ada regulasi yang mengatur ihwal motor custom.
Menurut Kedux, industri otomotif seperti motor custom di dalam negeri mampu bersaing dengan luar negeri. Industri motor custom juga bisa membantu ekonomi negara jika digarap serius.
"Sejauh ini belum ada regulasi, jadi pengguna (motor custom) hanya kucing-kucingan saja. Mau urus surat-surat ke mana, tidak tahu," ungkap pria asal Banjar Tainsiat, Denpasar, tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I Gede Mas Giri Hari Purnama Sidhi merupakan salah satu penggemar motor custom. Pria berusia 20 tahun itu merakit ulang motor Kawasaki KZ200 milik keluarganya pada 2017.
Giri membutuhkan waktu mencapai setahun untuk membangun motor custom jenis chopper itu. Dia merogoh kocek hingga Rp 20 juta untuk merombak total motornya tersebut.
Giri tak menggunakan motor custom tersebut untuk mobilitas sehari-hari. "Motor ini hanya saya gunakan saat weekend atau bisa juga dipajang di event atau kontes tertentu," tutur anggota komunitas motor custom Karangasem, Troops Motorcycle, itu.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video Menteri ATR Nusron Bicara Pulau di Bali Dikuasai WNA: Ini Akan Kita Tertibkan"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)