Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali I Gede Suardita menilai tren penjualan vila di Bali kian bergeliat, khususnya di periode tahun 2021-2022.
Hal tersebut ia simpulkan berdasarkan jumlah penjualan vila oleh 15 anggota REI Bali selama beberapa waktu lalu.
Baca juga: PHRI Bali: Hotel Dijual Sudah Biasa |
"Di tahun 2022 teman-teman REI menjual 100an unit villa, dan kalau tahun 2021 dibawah angka 100 unit. Persentase penjualannya kurang lebih naik 20-30 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021," ucap Suardita, Senin (20/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suardita juga menuturkan harga vila-vila tersebut berada di kisaran Rp 1,5 miliar-Rp 5 miliar per unit.
Menurutnya lokasi vila yang menjadi favorit antara lain di Jimbaran, Canggu, dan Ubud.
"Banyak faktor yang menjadikan peningkatan tren itu. Salah satunya karena Bali selain menjadi destinasi pariwisata tapi, juga sebagai tempat bagi orang yang ingin berinvestasi dalam hal properti," katanya.
Selain itu, sambungnya, pandemi COVID-19 cenderung membuat orang-orang memilih untuk berinvestasi pada vila ketimbang hotel.
"Kalau dari segi teori, bisnis vila sangat menguntungkan. Vila boleh dibilang spesifikasinya sama dengan perumahan residensial. Kalau dibandingkan hotel, dalam membuat vila tidak membutuhkan banyak modal dan waktu, jika dibandingkan dengan hotel yang harus dibangun dengan sedemikian rupa," terangnya.
Selama ini para pembeli vila di Bali didominasi oleh orang luar Bali seperti Surabaya, Jakarta, Kalimantan, dan Sumatera.
Pada 2023 ini tren penjualan vila di Bali diperkirakan akan terus bergeliat, meski akan menemui beberapa kendala.
"Hambatannya seperti regulasi persetujuan bangunan gedung atau PBG dan lainnya juga akan menghambat penjualan vila. Karena vila kan rata-rata menjual (pemandangan) tebing, dan sawah. (Hambatan) Ini juga bukan hanya untuk sektor vila saja," akunya.
(hsa/iws)