Presiden Amerika Serikat (AS), Donald John Trump, memberikan pengecualian tarif ekspor sejumlah produk unggulan Indonesia, seperti kelapa sawit, kopi atau kakao hingga teh. Pengecualian tarif ini diberikan setelah hasil perundingan lanjutan terkait soal kebijakan tarif resiprokal 19% perdagangan Indonesia dan AS.
"AS memberikan pengecualian kepada tarif produk unggulan kita, seperti minyak sawit, kopi, teh," kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers dari Washington yang dilihat virtual, Selasa (23/12/2025) dikutip dari detikFinance.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Trump meminta akses untuk mendapatkan mineral kritis Indonesia. "Dan AS sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral (Indonesia)," ucap Airlangga.
Mineral kritis adalah mineral yang berperan penting dalam perekonomian nasional serta pertahanan dan keamanan negara. Mineral ini rentan terhadap gangguan pasokan dan belum memiliki pengganti yang layak secara teknis maupun ekonomis.
Definisi itu tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Penetapan Jenis Komoditas yang Tergolong dalam Klasifikasi Mineral Kritis. Contoh mineral kritis adalah aluminium, nikel, litium, dan logam tanah jarang.
Airlangga mengklaim perjanjian yang telah disepakati kedua negara bersifat komersial dan strategis alias menguntungkan ekonomi kedua negara secara berimbang. Kesepakatan ini melanjutkan joint statement sebelumnya yang mengumumkan penurunan tarif resiprokal bagi Indonesia dari 32% menjadi 19%.
Hasil pertemuan Airlangga dengan Ambassador United States Trade Representative (USTR) Jamieson Greer, disepakati tenggat waktu penyelesaian teknis dokumen perdagangan kedua negara.
Presiden Prabowo Subianto dan Trump direncanakan bertemu melakukan penandatanganan dokumen Agreement on Reciprocal Trade (ART) sebelum akhir Januari 2026. "Dengan demikian, manfaat dari perjanjian ini membuka akses pasar dua negara, dapat segera mendorong perekonomian di Indonesia," imbuh Airlangga.
Artikel ini telah tayang di detikFinance. Baca selengkapnya di sini!
(dpw/dpw)










































