Kemenhut Dorong Restorasi Habitat Pengembalian Perkici Dada Merah ke Bali

Kemenhut Dorong Restorasi Habitat Pengembalian Perkici Dada Merah ke Bali

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 27 Okt 2025 23:04 WIB
Kegiatan diskusi repatriasi untuk mendukung satwa liar di Bali yang berlokasi di Kantor Balai KSDA Bali pada Senin (27/10/2025). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Foto: Kegiatan diskusi repatriasi untuk mendukung satwa liar di Bali yang berlokasi di Kantor Balai KSDA Bali pada Senin (27/10/2025). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Denpasar -

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyebut pengembalian burung perkici dada merah (Trichoglossus forsteni) dari Paradise Park, Inggris, ke Bali merupakan bukti meningkatnya kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia. Ia menilai repatriasi ini menjadi simbol kerja sama konservasi global.

"Kami diberi kepercayaan untuk mengembalikanperkici dada merah ini ke tanah leluhur mereka, yaitu Bali," ungkap Raja Juli di Kantor BalaiKSDA Bali pada Senin (27/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut perciki berdada merah adalah spesies endemik Bali dan Lombok. Status perciki berdada merah dilindungi pada 2018 serta sebagai spesies terancam punah atau endangered menurut daftar IUCN.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bali Safari dan Bali Bird Park yang berkontribusi terhadap proses-proses pengembalian perkici dada merah ini," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Raja Juli juga mengucapkan terima kasih kepada Komisi IV DPRI yang selalu memberikan dukungan penuh terhadap usaha-usaha konservasi satwa langka di Indonesia. Di sisi lain, Raja Juli menuturkan terkait repatriasi burung perkici dada merah sebagai pemaknaan simbolik bahwa Indonesia memiliki kedaulatan terhadap keanekaragaman hayati.

"Sekaligus juga pesan moral kepada semua pihak termasuk Kementerian Kehutanan untuk benar-benar menjaga habitat, alam dan hutan agar perkici dada merah dan satwa-satwa endemik lainnya tetap bisa hidup bebas di tanah kelahiran mereka," tuturnya.

Dia juga menjelaskan untuk jangka panjang, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mendorong agar semua pihak berkolaborasi bersama untuk mengembalikan habitat atau restorasi habitat ekosistem.

"Semuanya harus kerja keras. Tadi dikatakan hutan Bali tinggal 33 persen dan ini minimum harus 30 persen. Ini kan harus kerja sama. Jadi, bagaimana tadi istilah lainnya, bagaimana menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Alex IndraLukman mengapresiasi langkahKemenhut dengan pihak Inggris dalam repatriasi terhadap burungperkici dada merah. Namun, ia berharap proses repatriasi seperti ini tidak perlu terulang di masa mendatang.

"Kenapa? Karena kalau kami repatriasi itu berarti ada kegagalan di kami dalam melestarikan atau mengembangbiakkan jenis hewan yang memang endemik di tanah air," katanya.

Alex mendorong pemerintah untuk memperkuat upaya konservasi melalui tiga langkah utama. Antara lain penyempurnaan regulasi, penangkaran yang melibatkan masyarakat, dan pendataan dengan pemanfaatan teknologi.

"Sehingga kita bisa mendata seluruh jenis satwa terutama yang dilindungi dan langka tentang keberadaannya. Kami menyarankan tadi memang teknologi yang kita kenal sekarang dan memang masif dan sudah dilakukan atau banyak pihak melakukan dengan menanam microchip. Saya rasa di burung juga bisa seperti itu, sehingga kita bisa mendeteksi keberadaan burung-burung itu," bebernya.

Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan bahwa sejumlah satwa endemik Bali kini telah banyak yang punah. Namun, ia bersyukur masih ada pihak yang memelihara dan melestarikan satwa-satwa tersebut, seperti yang dilakukan Paradise Park di Inggris.

Koster akan segera merancang dan menyusun platform regulasi yang berfokus pada pelestarian satwa endemik. Regulasi ini nantinya akan melibatkan masyarakat dan mengatur perlindungan terhadap satwa, termasuk larangan berburu atau menembak satwa liar.

Selain itu, ia juga mendukung penerapan teknologi pelacakan mikrochip. Koster menilai inovasi tersebut sebagai suatu hal yang baik.

"Jadi, kami akan segera mendata keberadaan satwa endemik Bali ini. Di Bali memang cukup banyak. Ada jalak Bali, nuri, perkici ini dan ada juga yang lain, itu yang harus didatakan karena ini merupakan anugerah yang luar biasa diberikan kepada alam Bali ini," ucapnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads