Bunuh Diri di Jembatan Bangkung hingga Jasad Bule Australia Tanpa Jantung

Bali Sepekan

Bunuh Diri di Jembatan Bangkung hingga Jasad Bule Australia Tanpa Jantung

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 28 Sep 2025 13:38 WIB
Evakuasi jasad IGPM yang diduga melompat dari atas jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, Kamis (25/9/2025) siang. (Agus Eka/detikBali)
Foto: Evakuasi jasad IGPM yang diduga melompat dari atas jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, Kamis (25/9/2025) siang. (Agus Eka/detikBali)
Denpasar -

Kasus bunuh diri di Jembatan Tukad Bangkung, Badung, lagi-lagi bertambah. Peristiwa ini menjadi sorotan masyarakat luas karena pihak-pihak berwenang dinilai belum bisa mencegah bunuh diri terus terulang.

Selain kasus tersebut, kepulangan jasad seorang warga Australia ke negaranya yang tanpa jantung juga menjadi salah satu kabar paling populer dibaca selama sepekan terakhir di Bali. Diketahui, jantung warga Aussie tersebut masih berada di RSUP IGNG Ngoerah ketika jasadnya sudah tiba di Negeri Kanguru.

Namun demikian, polisi menyatakan tidak ada unsur pidana dalam kematian pria bernama Byron James Dumschat (23) itu. Di sisi lain, pengacara keluarga korban mengungkapkan sejumlah kejanggalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, ada peristiwa sembilan pendaki di Gunung Batukaru digigit anjing liar yang ternyata positif rabies. Para korban sudah mendapat suntikan vaksinantirabies (VAR).

ADVERTISEMENT

Masih berkaitan dengan rabies, seorang bocah Australia digigit monyet saat berwisata bersama orang tuanya di Monkey Forest Ubud, Gianyar. Turis tersebut yang menceritakan peristiwa itu kepada media Australia mengaku kaget ketika mendapat tagihan senilai puluhan juta rupiah dari klinik tempat anaknya dirawat.

Berikut rangkuman berita terpopuler selama sepekan terakhir dalam rubrik Bali Sepekan di detikBali.

Lagi-lagi Bunuh Diri di Jembatan Tukad Bangkung

DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.

IGPM (26) diduga bunuh diri dengan melompat dari atas anjungan sisi jembatan Tukad Bangkung yang belum dipasangi pagar. Dugaan itu muncul setelah jasad korban ditemukan tepat di bawah konstruksi tiang pancang yang lurus dengan anjungan.

"Ya saat tim turun ke bawah identifikasi. Posisi (jasad) ditemukan memang tepat di bawah konstruksi cakar ayam tiang jembatan," kata Kapolsek Petang AKP I Nyoman Arnaya di lokasi kejadian, Kamis (25/9/2025).

Proses evakuasi jenazah IGPM yang diduga bunuh diri di jembatan Tukad Bangkung, Badung, Bali, berlangsung dramatis, dibantu warga setempat. Evakuasi yang menantang ini melibatkan personel SAR dari Polda Bali menggunakan crane.

"Ini mengingat posisi jenazah berada di dasar jurang. Ketinggian sekitar 80 meter dari atas jembatan," kata Arnaya.

Jenazah ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Korban mengalami luka berat di bagian kepala dan perut, yang diperkirakan akibat benturan keras dengan konstruksi tiang jembatan saat terjatuh.

Arnaya menjelaskan penemuan ini bermula dari laporan masyarakat sekitar pukul 06.00 Wita yang melihat sebuah sepeda motor jenis metik yang mencurigakan di atas Jembatan Tukad Bangkung.

Proses pemasangan atap pada pagar pengaman sepanjang Jembatan Tukad Bangkung, Badung, pada Kamis (25/9/2025). (Foto: Agus Eka/detikBali)Proses pemasangan atap pada pagar pengaman sepanjang Jembatan Tukad Bangkung, Badung, pada Kamis (25/9/2025). (Foto: Agus Eka/detikBali)

"Anggota kami bersama Bhabinkamtibmas segera menuju TKP untuk melakukan pengecekan. Di lokasi, hanya ditemukan motor yang sadelnya terkunci dan helm putih," jelas Arnaya.

Setelah dicek, identitas motor mengarah kepada IGPM. Warga ini tinggal di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, yang diketahui telah meninggalkan rumahnya sejak pukul 01.00 Wita dini hari.

Tim gabungan segera turun ke bawah jembatan untuk mencari keberadaan korban. Pencarian membuahkan hasil sekitar pukul 07.56 Wita. Evakuasi selesai sekitar pukul 11.00 Wita.

"Langsung dibawa ke RS Mangusada Badung. Untuk motif pasti kami masih dalami. Dari keluarga sudah keterangan tapi belum bisa kami sampaikan," sambungnya.

Dari pantauan di lokasi kejadian, anjungan sisi utara jembatan yang diduga jadi titik awal korban berada belum dipasang railing atau pagar pengaman jembatan. Diketahui, proses pemasangan pagar tinggi oleh Dinas PUPR Badung di sepanjang jembatan tersebut hingga saat ini masih berlangsung.

Proyek peningkatan keamanan jembatan ini ditargetkan baru akan rampung pada November 2025. Hanya saja belum selesai digarap, lagi-lagi peristiwa bunuh tercatat di lokasi ini.

Sebelumnya, lagi-lagi tragedi bunuh diri terjadi di Jembatan Tukad Bangkung, Badung. Seorang pria berinisial IGPM (27) asal Abiansemal ditemukan tewas setelah diduga melompat dari jembatan tertinggi di Bali itu, tadi pagi.

Peristiwa ini terungkap sekitar pukul 06.00 Wita, Kamis (25/9/2025). Warga curiga melihat motor metik terparkir di pinggir jalan atas jembatan. Temuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Petang.

Jasad WN Australia Tanpa Jantung

Kematian warga negara Australia, Byron James Dumschat (23) alias Byron Haddow, di sebuah vila di Kerobokan, Badung, Bali, pada 26 Mei 2025 menuai polemik. Jasad Byron dipulangkan ke Australia tanpa jantung, memicu pertanyaan dari pihak keluarga.

Berdasarkan laporan Polres Badung, Byron ditemukan oleh rekannya, Bailey Peter Woods, sekitar pukul 08.00 Wita dalam keadaan mengapung di kolam renang vila.

Polisi menyatakan Haddow tewas karena alkohol. Hal ini sesuai temuan kandungan alkohol tinggi di dalam darahnya. "Berdasarkan hasil autopsi, karena kadar alkohol yang tinggi dalam darahnya," kata Kapolres Badung AKBP Arif Batubara dalam keterangannya kepada detikBali, Rabu (24/9/2025).

Arif mengatakan Haddow ditemukan tewas 26 Mei 2025 pukul 08.00 Wita. Saat itu, dia mengambang dalam kondisi tidak bernyawa di kolam renang.

Arif enggan membeberkan dari mana asal alkohol yang terdeteksi di dalam darah Haddow saat mayatnya diautopsi. Namun, dia memastikan tidak ada unsur pidana dalam kematian Haddow.

"Ditemukan (tewas) di kolam renang. (Unsur pidana) tidak ada," kata Arif.

Meski dinyatakan tewas karena alkohol, berdasarkan hasil autopsi, ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Byron. Dari pemeriksaan dokter forensik pada 30 Mei 2025, ada luka akibat kekerasan tumpul di dahi kiri, kelopak mata kanan, lutut kanan, serta punggung kaki kanan.

"Ditemukan memar pada dahi kiri, kelopak mata kanan serta lutut kanan akibat kekerasan tumpul. Ditemukan pula luka lecet pada kelopak mata kanan serta punggung kaki kanan akibat kekerasan tumpul," ujar Ps. Kasubsi Penmas Sihumas Polres Badung Aiptu Ni Nyoman Ayu Inastuti, dihubungi detikBali, Rabu.

RSUP Prof IGNG Ngoerah memberikan penjelasan mengenai jasad Byron yang dipulangkan tanpa jantung ke Australia. "Yang memulangkan itu pihak pemakamannya. Kami serah terima organ jantungnya tanggal 21 Juli 2025," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Prof Ngoerah, I Made Darmajaya, saat konferensi pers di kantornya, Rabu.

Jenazah Byron sebelumnya dipulangkan ke Australia pada 12 Juni 2025, sekitar empat minggu setelah kematiannya. Namun, saat autopsi kedua di negaranya, ditemukan bahwa jantung pemuda Australia itu tidak ada di tubuhnya.

RSUP Prof Ngoerah menegaskan keluarga sudah diberi tahu sejak awal bahwa jantung Haddow masih dalam proses autopsi penuh sehingga belum bisa disertakan dalam pemulangan jenazah.

Darmajaya menjelaskan autopsi terhadap organ vital seperti jantung memang dilakukan secara menyeluruh, termasuk pengambilan organ secara utuh. Proses ini memakan waktu lebih lama dibandingkan pemeriksaan sampel organ biasa.

"Secara teknis, autopsi sudah dilakukan sesuai SOP (prosedur standar operasional) untuk mengambil organ tubuh atau sampel jaringan serta cairan tubuh untuk pemeriksaan penunjang," jelasnya.

Foto Byron Haddow (kanan) saat ditunjukkan tim kuasa hukum keluarganya dalam konferensi pers, Rabu (24/9/2025).Foto Byron Haddow (kanan) saat ditunjukkan tim kuasa hukum keluarganya dalam konferensi pers, Rabu (24/9/2025). Foto: Fabiola Dianira/detikBali

"Pada kasus tertentu, jantung memang harus diambil utuh untuk menentukan letak kelainan jantung. Itu tidak mudah. Dipotong tipis-tipis. Begitu pula dengan otak. Kalau perlu, kami ambil otaknya secara utuh, jika ada kelainan otak," sambungnya.

Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, jantung Byron akhirnya diserahkan ke pihak pemakaman pada 21 Juli 2025, atau lima pekan setelah jenazah dipulangkan ke keluarganya. Dari pihak pemakaman, organ tersebut kemudian dikirim ke Australia.

Keluarga Byron melalui pengacara mereka menduga ada kejanggalan di balik kematian Byron. Ni Luh Arie Ratna Sukasari, salah satu pengacara, mengatakan kematian Byron baru dilaporkan ke polisi empat hari setelah kejadian.

Byron diketahui sedang berlibur di Bali bersama rekannya, Baily Peter Woods. Keduanya menginap di Villa The Grove Bumbak, Jl. Bumbak, Desa Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Malam sebelum meninggal, Byron dan Baily sempat bertemu dengan dua perempuan asal Melbourne, Australia, berinisial KP dan JL. Mereka lantas minum bersama di vila.

Keesokan harinya, Senin, 26 Mei 2025 sekitar pukul 08.00 Wita, Byron ditemukan tak bernyawa di kolam renang vila. Ia dinyatakan meninggal dunia di RS BIMC pada pukul 10.59 Wita. Kematian Byron baru dilaporkan ke Polres Badung pada Jumat, 30 Mei 2025, oleh staf vila bernama I Wayan Agus Ariana.

Para saksi diizinkan kembali ke negaranya tanpa pemeriksaan. Ada tiga orang yang bersama Byron pada malam sebelum kematiannya, yakni Baily serta dua perempuan asal Melbourne. Namun hingga kini ketiganya belum pernah dimintai keterangan resmi oleh kepolisian.

"Sayangnya, tanpa memahami apa yang menjadi pertimbangan polisi, ketiganya justru diizinkan meninggalkan Bali tanpa diinterogasi dan tanpa memberikan keterangan terkait peristiwa yang menyebabkan kematian korban," ujar Arie, kepada awak media, Rabu (24/9/2025).

Sembilan Pendaki Batukaru Digigit Anjing Rabies

Dinas Pertanian (Distan) Tabanan telah melakukan uji lab terhadap sampel otak anjing yang menyerang dan menggigit sejumlah pendaki Gunung Batukaru, Tabanan, Bali. Hasilnya, anjing liar tersebut dinyatakan positif terjangkit virus rabies.

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Distan Tabanan, Gede Eka Partha Ariana, mengatakan uji lab dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar pada Senin (22/9/2025). "Ya, hasil uji lab menyatakan positif rabies," kata Ariana saat dikonfirmasi, Selasa (23/9/2025).

Setelah menerima hasil lab tersebut, Distan Tabanan segera melakukan penyisiran anjing peliharaan maupun anjing liar di lokasi kejadian. Terutama di wilayah Banjar Tibu Dalem, Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan.

"Penyisiran dilakukan Kamis (25/9) pagi dibantu tim dari kabupaten. Termasuk memberikan vaksinasi darurat kepada seluruh anjing," imbuhnya. Ariana menjelaskan anjing liar tanpa pemilik yang ditemukan saat penyisiran akan dievakuasi untuk kemudian dipindahkan ke shelter penampungan.

Anjing liar yang diduga rabies menggigit belasan pendaki di jalur pendakian Gunung Batukaru, Tabanan, Minggu (21/9/2025).Anjing liar yang diduga rabies menggigit belasan pendaki di jalur pendakian Gunung Batukaru, Tabanan, Minggu (21/9/2025). (Foto: dok. Istimewa)

Ariana mengimbau warga untuk tidak panik dan tetap meningkatkan kewaspadaan. Ia juga meminta warga untuk segera melapor apabila menemukan kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) serta melakukan penanganan awal sesuai prosedur.

Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, Ida Bagus Surya Wira Andi, menjelaskan para korban yang digigit anjing saat mendaki Gunung Batukaru akan diberikan vaksin antirabies (VAR) sebanyak tiga kali. Ia memastikan seluruh korban mendapat pelayanan kesehatan, termasuk VAR, di seluruh fasilitas kesehatan di Bali.

"Mudah-mudahan semua korban dalam kondisi baik," ujar Andi.

Sebelumnya, sebanyak sembilan dari 15 rombongan pendaki dilaporkan digigit oleh anjing liar di jalur pendakian Gunung Batukaru, Tabanan, pada Minggu (21/9/2025). Anjing liar tersebut diduga suspect rabies karena menggigit lebih dari satu orang dalam waktu bersamaan.

Dinkes Tabanan kemudian merespons dengan cepat dalam memberikan VAR kepada korban baik Puskesmas Pupuan maupun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan. Dinkes Tabanan juga menggandeng Dinas Pertanian untuk melacak keberadaan anjing liar yang menggigit para pendaki.

Turis Australia Digigit Monyet di Ubud

Seorang anak asal Australia, Lorena (12), digigit monyet di Monkey Forest Ubud, Gianyar. Ibunya, Flavia McDonald, mengeluhkan tagihan medis mencapai Rp 69 juta usai perawatan di sebuah klinik di Ubud. Pihak klinik pun buka suara.

Ni Putu Grace Lande selaku konsultan legal dan pemegang saham klinik tersebut, menegaskan nominal biaya yang dibayarkan pasien tidak sebesar yang diberitakan.

"Total biaya yang dibayarkan pasien adalah sebesar Rp 48.686.452 bukan sesuai yang tertera di berita yaitu sebesar Rp 69.286.452," kata Grace kepada detikBali, Senin (22/9/2025).

Grace menjelaskan, pasien menerima obat bernama human rabies immunoglobulin (HRIG), bukan vaksin anti rabies (VAR). HRIG merupakan serum anti rabies (SAR) yang mampu memberikan imunitas cepat dibanding vaksin rabies.

"HRIG akan menetralisiasi virus dalam hitungan jam. Terutama karena pasien mempunyai luka di daerah leher dimana area tersebut sangat dekat dengan kepala (sistem saraf pusat) dan berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan gejala rabies," jelas Grace.

Menurut Grace, HRIG diberikan pada pasien dengan luka gigitan kategori III, yakni luka berdarah. Pemberian HRIG dihitung berdasarkan berat badan pasien. Satu vial HRIG hanya mencukupi untuk 15 kilogram berat badan.

"Harganya memang mahal jika dibandingkan dengan puskesmas dan RS karena mereka menggunakan BPJS dan tarif pemerintah. Apalagi dengan pertimbangan berat badan pasien, dibutuhkan 4 vial SAR/HRIG," ujarnya.

Grace merinci, biaya Rp 48,6 juta itu berasal dari harga HRIG sekitar Rp 3,2 juta per vial, ditambah biaya prosedur serta bahan habis pakai seperti kasa dan alat kedokteran.

Ia menegaskan prosedur yang diberikan sudah sesuai, mengingat luka gigitan berada di leher yang dekat dengan otak.

"Luka berdarah dan berada di posisi leher di mana sangat dekat dengan kepala atau sistem saraf pusat yang menjadi berbahaya untuk pasien. Karena virus rabies bisa dengan mudah langsung menyebar ke otak. Tidak ada keluhan tambahan usai dirawat di klinik. Kondisi pasien saat ini sudah membaik," tandasnya.

Sebelumnya, Flavia McDonald bersama suami dan putrinya Lorena (12) berlibur ke Bali untuk merayakan Hari Ayah. Mereka sempat menginap di Seminyak, lalu memutuskan bertolak ke Ubud karena cuaca lebih cerah.

"Putri saya punya ide untuk mencari sinar matahari setelah hujan lebat di Sydney sebagai kejutan untuk ayahnya di Hari Ayah," kata Flavia, dilansir detikTravel, Minggu (21/9/2025).

Pilihan destinasi jatuh pada Monkey Forest Ubud. Awalnya mereka hanya berjalan-jalan, hingga seekor monyet melompat ke bahu suami Flavia lalu ke bahu Lorena.

"Dia ketakutan, kami tidak boleh bergerak tiba-tiba. Jadi si monyet mulai menarik-narik bajunya, sakunya dan badannya. Ketika saya berusaha untuk mengusirnya, si monyet menggigit leher Lorena," kenang Flavia.

Lorena mengalami luka berdarah di leher. Ia sempat mendapat pertolongan di pos Monkey Forest, namun staf disebut hanya membersihkan luka dengan air dan sabun serta meyakinkan keluarga bahwa monyet di sana bebas rabies.

Tidak puas dengan penanganan tersebut, Flavia membawa Lorena ke klinik. Di sana anaknya mendapat suntikan rabies.

"Lalu saya terkejut lagi ketika menerima tagihan medis sebesar Rp 69 juta (atau setara dengan USD 4.165,69)," katanya.

Meski memiliki asuransi perjalanan, Flavia mengaku harus menanggung biaya lebih dulu. Ia menuturkan putrinya menerima beberapa suntikan rabies di tubuh serta obat untuk infeksi virus herpes B.

"Sungguh konyol," ucapnya.

Halaman 2 dari 6


Simak Video "Video: Lagi-lagi Ada Tragedi Bunuh Diri di Jembatan Tukad Bangkung Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads