DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.
Suasana duka menyelimuti rumah sederhana di Gang Drona, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung, pada Kamis (25/9/2025). Keluarga berkumpul dalam keheningan, menahan kesedihan mendalam atas kabar tragis menimpa salah satu anggota keluarga, I GPM (26), yang diduga mengakhiri hidupnya di Jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, Kamis dini hari.
Di teras rumah, sanak saudara duduk menunggu. Ibu korban, Ni Nengah Darmini, juga tengah menunggu kepastian kabar dari keluarga besar di kampung halaman di Desa Angantiga, Kecamatan Manggis, Karangasem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, IGPM sekeluarga baru setahun tinggal di Badung, dengan membangun rumah di lahan pribadi. Lantaran masih terikat urusan adat di kampung halaman, keluarga korban pun menunggu kabar upacara dan pemulasaraan jenazah digelar di mana.
"Jadi sementara masih dititip di (ruang jenazah) Rumah Sakit Mangusada. Suami masih di sana mengurus," tutur Darmini, sesekali menahan tangis.
Bagi dia, kepergian GPM terasa seperti sambaran petir di siang bolong. Ia menceritakan momen terakhir yang terasa begitu biasa, tetapi penuh dengan candaan.
"Sorenya itu, kemarin, bercanda sama adik bungsu, sama saya duduk di belakang. Ngobrol lain nggak ada," ujar Darmini dengan suara tertahan.
Darmini menyebut, sehari-hari GPM menunjukkan interaksi yang normal. Ia dikenal ramah terhadap semua orang. Kata Darmini, anaknya sempat meminta dua pasang baju dan sandal miliknya untuk dicuci, permintaan yang sering korban layangkan.
"Saya sempat cuci baju dia. Sering anak saya ini minta dicuci baju dan celananya. Saya nggak ada curiga," tambahnya.
Kemudian, korban pergi ke Pasar Kumbasari, Denpasar untuk bertemu beberapa pedagang di sana. "Jam 3 sore sampai jam 8 malam itu, sempat keluar untuk istilahnya orang Bali, urusan nuduk cingkreman (persiapan) Hari Raya Galungan," tutur Darmini.
Setelah kembali, GPM kembali keluar rumah sekitar pukul 21.00 Wita, berpamitan hanya untuk jalan-jalan. Darmini mengaku tidak tahu pasti jam berapa anaknya kembali dari perjalanan singkat itu karena ia tidur.
IGPM terlihat di rekaman CCTV rumah, keluar sekitar pukul 01.00 Wita. Darmini mengaku hanya mendengar suara motor anaknya. Setelah dicek, hanya pintu gerbang yang masih terbuka. Ia tak tahu anaknya pergi ke mana.
"Saya dengar motornya, lihat gerbang terbuka. Setelah itu saya tidak bisa tidur sampai pagi," tambahnya.
Darmini terkejut saat kepala lingkungan setempat bersama polisi datang ke rumah mereka membawa kabar duka tersebut. Darmini dan suaminya, I Nengah Darmayasa sontak syok.
Padahal, dua hari sebelum kejadian, GPM sempat pulang dari kampung halaman menghadiri acara pernikahan sepupu. Bagi Darmini, hal itu meninggalkan kesan yang baik di mata keluarga besar di kampung.
"Ya warga kami. Jadi ini cukup mengejutkan keluarga karena yang bersangkutan biasa-biasa saja. Tidak ada masalah apa pun, baik masalah pribadi, asmara. Jadi tidak ada yang mencurigakan maka keluarga wajar syok. Nggak mengira korban menempuh cara ini," ujar Camat Abiansemal, Ida Bagus Putu Mas Arimbawa.
"Kami harapkan aparat desa bisa membantu mengurus administrasi keluarga korban. Untuk upacara memang masih menunggu, dan rencana digelar di Karangasem karena untuk urusan adat keluarga masih di sana," sambungnya.
(hsa/hsa)