Sidak Pasar-Pabrik, Tim Gabungan Klaim Tak Ada Beras Oplosan di Jembrana

Sidak Pasar-Pabrik, Tim Gabungan Klaim Tak Ada Beras Oplosan di Jembrana

Sui Suadnyana, Putu Adi - detikBali
Kamis, 24 Jul 2025 09:47 WIB
Tim gabungan dari kepolisian dan dinas terkait melakukan sidak beras di Pasar Umum Negara, Jembrana, Kamis (24/7/2025). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Foto: Tim gabungan dari kepolisian dan dinas terkait melakukan sidak beras di Pasar Umum Negara, Jembrana, Kamis (24/7/2025). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Jembrana -

Tim gabungan dari kepolisian dan dinas terkait melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar dan pabrik beras di Jembrana, Bali. Sidak dilakukan untuk memastikan stok, harga, dan pengecekan beras oplosan di pasaran.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan Jembrana, I Komang Agus Adinata, menyatakan hasil sidak menunjukkan seluruh beras yang beredar di pasar, baik premium maupun medium, telah memenuhi syarat.

"Kami cek (pasar) seluruhnya memenuhi syarat, baik premium maupun beras medium. Kali ini, kami juga menyusuri ke pabriknya. Setelah kami lihat, semua sudah memenuhi syarat, termasuk kadar air serta timbangan dan isiannya," ungkap Adinata seusai melakukan sidak di Pabrik Beras Desa Pengambengan, Kamis (24/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adinata menegaskan tidak ditemukan beras oplosan di Jembrana. Tim juga tidak mendapati berbagai merek beras yang diduga mengoplos. Mengenai beras hancur, Adinata menjelaskan itu merupakan sisa produksi yang dimanfaatkan untuk hal lain alias tidak dicampur dengan beras layak konsumsi.

"Beras hancur itu adalah sisa. Menurut pengelola, digunakan untuk hal lainnya. Tidak (dicampur) karena mesin sesuai sistem akan dibedakan," jelas Adinata.

ADVERTISEMENT

Adinata menjelaskan kriteria beras oplosan mengacu pada persentase pecahan yang tidak melebihi 15 persen. Masyarakat diimbau untuk melapor jika menemukan indikasi beras oplosan. Catatannya, laporan harus disertai data yang jelas.

Salah satu yang disidak tim gabungan adalah pabrik beras Jaya Baru. Pemilik pabrik beras Jaya Baru Lestari, Hendrik Asalim, mengungkapkan produksi per hari pabriknya mencapai 40 ton.

Hendrik juga menjelaskan pengelolaan beras pecahan yang dihasilkan. "Satu ton setiap harinya beras pecahan. Dipakai tumpeng, tepung, dan ada yang dipakai pakan ternak. Dijual Rp 10 ribu per kilonya," kata Hendrik.

Hendrik menambahkan pabrik tetap melakukan pengecekan di lapangan untuk mencegah beras oplosan. Hendrik menyadari konsumen sering kali tidak mengetahui seperti bentuk beras oplosan sehingga hal ini dapat memengaruhi produk mereka.

"Konsumen tidak tahu beras oplosan seperti apa, jadi ada pengaruh ke produk kami. Masih stabil," jelas Hendrik.




(hsa/hsa)

Hide Ads